Sabtu, 31 Januari 2009

IMAM MAHDI

مَ:

لاَ تَذْ هَبُ الدُّنْيَا حَتىَّ يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي

Dari Abdullah (yakni Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, pent.) berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak akan sirna (berakhir) dunia ini sampai ada seorang laki–laki dari keluargaku yang akan memimpin bangsa Arab, namanya sesuai dengan namaku.”

Hadits di atas diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud rahimahullahu no. 4282, lihat Sunan Abu Dawud ta’liq Asy-Syaikh Albani rahimahullahu (cet. Maktabah Al-Ma’arif), dan Al-Imam At–Tirmidzi rahimahullahu no. 2156, lihat Mausu’atul Haditsisy Syarif Al-Kutubut Tis’ah (CD Program).

Hadits ini merupakan potongan dari sebuah hadits yang selengkapnya adalah sebagai berikut:

عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ - قَالَ زَائِدَةُ فِى حَدِيْثِهِ - لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ اليَوْمَ ثُمَّ اتَّفَقُوا حَتىَّ يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّي - أَوْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي- يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِى. زَادَ فِي حَدِيْثِ فِطْرٍ: يَمْلأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا. وَقَالَ فِى حَدِيْثِ سُفْيَانَ: لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي. قاَلَ أَبُوْ دَاوُدَ: لَفْظُ عُمَرَ وَأَبِى بَكْرٍ بِمَعْنىَ سُفْيَانَ وَلَمْ يَقُلْ أَبُوْ بَكْرٍ: الْعَرَبَ

Dari Abdullah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Kalau saja tidak tersisa dari dunia ini kecuali sehari saja, (Za`idah berkata dalam haditsnya) sungguh Allah akan memanjangkan hari tersebut sampai Allah mengutus kepadanya seorang laki-laki dari keturunanku atau dari keluargaku. Namanya sesuai dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku.”
Terdapat tambahan pada hadits Fithr: “Yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) dunia telah dipenuhi dengan kedzaliman dan kelaliman.”
Dan berkata pada hadits Sufyan: “Tidak akan berakhir dunia ini sampai ada seorang dari keluargaku yang akan memimpin bangsa Arab, namanya sesuai dengan namaku.”
Abu Dawud mengatakan: “Lafadz (hadits) dari jalan ‘Umar dan Abu Bakr semakna dengan jalan yang berasal dari Sufyan dan dalam hal ini hanya saja Abu Bakr tidak mengatakan/menyebutkan: lafadz الْعَرَبَ.

Jalur Periwayatan
Pada Sunan Abu Dawud, beliau rahimahullahu meriwayatkan hadits ini dari jalan ‘Umar bin ‘Ubaid bin Abi Umayyah Ath-Thanafisi Abu Hafsh Al-Kufi, Abu Bakr bin ‘Ayyasy bin Salim Al-Asadi Al-Kufi, Sufyan bin Sa’id Ats-Tsauri Abu Abdillah Al-Kufi, Za`idah bin Qudamah Ats-Tsaqafi Abu Ash-Shalt Al-Kufi, dan Fithr bin Khalifah Al-Makhzumi Abu Bakr Al-Hanath Al-Kufi.
Semuanya meriwayatkan dari ‘Ashim bin Abi An-Najud (Bahdalah) Al-Asadi Abu Bakr Al-Muqri` Al-Kufi, dari Zirr bin Hubais Al-Asadi Abu Maryam Al-Kufi, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kedudukan sanad hasan shahih. (Lihat Sunan Abi Dawud tashih Asy-Syaikh Albani rahimahullahu cet. Maktabah Al-Maarif)

Diagram Periwayatan
Setelah memaparkan riwayat di atas, Abu Dawud mengatakan: “Lafadz hadits ‘Umar bin ‘Ubaid dan Abu Bakr bin ‘Ayyasy semakna dengan lafadz hadits Sufyan bin Sa’id. Hanya saja, Abu Bakr tidak menyebutkan kata العَرَبَ (bangsa Arab).” Kemudian beliau menyebutkan riwayat yang semakna dari sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha (dengan sanad shahih, pent.) dan Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu (dengan sanad hasan, pent.)
Adapun dalam Sunan At-Tirmidzi, beliau meriwayatkan dari jalan Sufyan Ats-Tsauri, dari ‘Ashim bin Bahdalah, dari Zirr bin Hubaisy, dari Abdullah bin Mas’ud, dengan lafadz: “Tidak akan berakhir dunia ini sampai seorang laki-laki dari keluargaku yang akan memimpin bangsa Arab, namanya serupa dengan namaku.”
Abu Isa At-Tirmidzi rahimahullahu berkata: “Pada bab ini terdapat riwayat dari shahabat yang lain, seperti ‘Ali bin Abi Thalib, Abu Sa’id Al-Khudri, Ummu Salamah, dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhum. Dan Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullahu berkata bahwa hadits ini hasan shahih.
Kemudian dari jalan Sufyan bin ‘Uyainah, dari ‘Ashim bin Bahdalah, dari Zirr bin Hubaisy, dari Abdullah bin Mas’ud dengan lafadz: “Akan memimpin seorang laki-laki dari keluargaku, namanya serupa denganku.”
Kemudian terdapat riwayat dari ‘Ashim bin Bahdalah, ia berkata: Abu Shalih telah mengabarkan kepada kami, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafadz: “Kalau saja tidak tersisa dari dunia ini kecuali sehari saja, sungguh Allah akan memanjangkan hari tersebut sampai seorang laki-laki dari keluargaku memimpin.”
Abu Isa At-Tirmidzi rahimahullahu berkata: “Hadits ini hasan shahih.” (Lihat CD Program Kutubut Tis’ah)

Penjelasan Hadits
- Abdullah dalam hadits ini adalah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, sebagaimana disebutkan oleh Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi.
- Makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

َتىَّ يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّي أَوْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي

“Hingga diutus padanya seorang laki–laki dari keturunanku atau dari keluargaku.”
Dia adalah Al-Mahdi, keturunan dari Fathimah radhiyallahu ‘anha seperti yang tersebut dalam hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي، مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ

“Al-Mahdi berasal dari keturunanku, keturunan dari Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284, At-Tirmidzi, Ibnu Majah no. 4086)
- Muncul perselisihan, apakah Al-Mahdi itu anak keturunan dari Al-Hasan ataukah anak keturunan dari Al-Husain.
Al-Qari` dalam bukunya Al-Mirqah (seperti yang tersebut dalam ‘Aunul Ma’bud Syarhu Sunani Abi Dawud) berkata: “Yang mungkin dalam hal ini adalah menggabungkan antara dua nisbah, Hasan dan Husain. Yaitu, dari sisi ayah ia anak keturunan Hasan, dari sisi ibu ia anak keturunan Husain. Hal ini sebagai bentuk pengkiasan terhadap perkara yang terjadi pada kedua anak Ibrahim ‘alaihissalam yaitu Isma’il ‘alaihissalam dan Ishaq ‘alaihissalam, di mana para nabi dari Bani Israil semuanya dari anak keturunan Ishaq ‘alaihissalam. Adapun Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari anak keturunan Isma’il ‘alaihissalam. Kemudian beliau (Shallallahu ‘alaihi wa sallam) menduduki suatu tempat yang mewakili segenap para nabi yang berasal dari keturunan Ishaq. Dan inilah sebaik-baik (kedudukan) sebagai pengganti. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjadi penutup para nabi.
Demikian pula, tatkala nampak atau muncul banyaknya para pemimpin dan para pembesar umat dari anak-anak keturunan Husain, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala gantikan kepada Hasan dengan dianugerahkan baginya seorang anak yang menjadi penutup para wali, dan menduduki tempat yang mewakili segenap orang-orang pilihan yang berasal dari keturunan Husain.
Pendapat lain mengatakan, tatkala beliau mengundurkan diri dari kekhalifahan, Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam anugerahkan kepada beliau tanda kekuasaan yang menyeluruh. Maka sisi keserasiannya secara menyeluruh adalah nisbah ke-Imam Mahdi-an disetarakan dengan kenabian. Dan keduanya sepakat untuk menjunjung tinggi kalimat millah nabawiyyah (agama seluruh para nabi).
Dan yang lebih memperjelas dari perkara ini adalah hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dari jalan Abu Ishaq, ia berkata: ‘Ali bin Abi Thalib berkata –sambil melihat kepada putranya Al-Hasan–: “Sesungguhnya anakku ini sayyid (pemuka), sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menamainya. Dan akan lahir dari keturunannya seorang laki-laki yang akan dinamai seperti nama nabi kalian. Ia menyerupai nabi kalian dalam hal fisik, namun berbeda dalam hal sifat.’ Kemudian beliau mengisahkan bahwa ia akan memenuhi dunia dengan keadilan. (Lihat ‘Aunul Ma’bud Syarhu Sunani Abi Dawud, CD Program dalam Mausu’atul Haditsisy Syarif Al-Kutubut Tis’ah)
Walaupun hadits ini lemah, namun terdapat hadits-hadits shahih yang menunjukkan keutamaan Al-Hasan di atas keutamaan Al-Husain. Di antaranya:

بْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Anakku ini adalah sayyid (pemuka) dan semoga Allah akan mendamaikan dengannya dua kelompok dari kalangan muslimin.” (HR. Al-Bukhari no. 3746 dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu)
Makna ucapan Nabi: يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي yakni يُوَافِقُ وَيُطَابِقُ اسْمُهُ اسْمِي. Artinya, namanya sesuai dengan namaku, yaitu Muhammad bin Abdillah. Pada kalimat ini terdapat bantahan yang jelas terhadap kaum Syi’ah Rafidhah dari sekte Al-Imamiyyah atau Itsna Atsariyyah yang berpendapat bahwa orang yang ditunggu (Al-Mahdi Al-Muntazhar) ialah Muhammad bin Al-Hasan Al-‘Askari.
Makna ucapan Nabi: لاَ تَذْهَبُ adalah لاَ تَفْنَى artinya tidak akan musnah atau binasa (berakhir).
Adapun makna ucapan:حَتَّى يَمْلِكَ العَرَبَ artinya akan memimpin bangsa Arab. Dikhususkan penyebutan bangsa Arab, karena mereka yang menjadi asal mula keturunan manusia dan yang paling mulia.
Hadits di atas menyebutkan bahwa munculnya Al-Imam Al-Mahdi sebagai salah satu tanda hari kiamat, seperti yang disebutkan oleh Al-Khathib At-Tibrizi Muhammad bin Abdillah dalam kitabnya Misykatul Mashabih, bab Asyrathus Sa’ah Al-Fashlu Ats-Tsani no. hadits 5452.
Hadits di atas juga menerangkan dengan jelas bahwa Al-Imam Al-Mahdi yang akan muncul ialah seorang laki-laki keturunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau dari keluarga beliau, yaitu dari keturunan Fathimah dari keturunan Hasan. Namanya dan nama ayahnya sama dengan nama dan nama ayah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia menyerupai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sisi fisik, namun tidak sama dalam sifat. Wallahu a’lam.

Beberapa Hadits Dhaif tentang Al-Mahdi

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَِّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَكُوْنُ اخْتِلاَفٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيْفَةٍ، فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ، فَيَأْتِيْهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كاَرِهٌ، يُبَايِعُوْنَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ، وَيَبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنْ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِيْنَةِ، فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أَهْلِ الْعِرَاقِ، َيُبَايِعُوْنَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ، فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ بَعْثًا فَيَظْهَرُوْنَ عَلَيْهِمْ، وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ، وَالْخَيْبَةُ لِمَنْ لَمْ يَشْهَدْ غَنِيْمَةَ كَلْبٍ، فَيَقْسِمُ الْمَالَ، وَيَعْمَلُ فِي النَّاسِ بِسُنَّةِ نِبِيِّهِمْ صَلَّى للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيُلْقِي اْلإِسْلاَمُ بِجِرَانِهِ إِلَى اْلأَرِضِ، فَيَلْبَثُ سَبْعَ سِنِيْنَ، ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّي عَلَيْهِ الْمُسْلِمُوْنَ. قَالَ أَبُوْ دَاوُدَ: قَالَ بَعْضُهُمْ عَنْ هِشَامٍ: تِسْعَ سِنِيْنَ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: سَبْعَ سِنِيْنَ.

Dari Ummu Salamah, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Nabi, beliau bersabda:
“Akan terjadi perselisihan saat wafatnya seorang khalifah, maka keluarlah seorang laki-laki dari penduduk Madinah melarikan diri ke Makkah. Kemudian manusia dari penduduk Makkah mendatanginya dan mengeluarkan dari tempatnya. Kemudian mereka pun membai’atnya di suatu tempat di antara rukun Ka’bah (Hajar Aswad) dan Maqam Ibrahim, sedangkan ia membenci hal itu. Setelah itu dikirimlah pasukan dari Syam (untuk menyerangnya), namun pasukan itu dibinasakan oleh Allah di antara Makkah dan Madinah. Ketika manusia melihat hal itu, maka ia didatangi oleh pemuka-pemuka negeri Syam dan Iraq untuk membai’atnya. Tidak lama kemudian muncullah seorang laki-laki dari kaum Quraisy yang didukung oleh paman-pamannya yang gigih. Akhirnya laki-laki itu mengalahkan khalifah tersebut. Itulah pasukan yang tangguh. Dan sungguh merugilah bagi mereka yang tidak sempat turut serta dengannya. Laki-laki itu membagi-bagikan ghanimah serta mempraktikkan Sunnah Nabinya dan meneguhkan Islam di muka bumi. Hal itu berlangsung selama tujuh tahun, hingga akhirnya ia meninggal dan dishalati oleh kaum muslimin. Abu Dawud berkata: Sebagian (perawi) dari Hisyam berkata: “Sembilan tahun.” Sebagian lagi berkata: “Tujuh tahun.” (Lihat Adh-Dha’ifah no. 1965)

َالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - وَنَظَرَ إِلَى ابْنِهِ الْحَسَنِ - فَقَالَ: إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ كَمَا سَمَّاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَيَخْرُجُ مِنْ صُلْبِهِ رَجُلٌ يُسَمَّى بِاسْمِ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُشْبِهُهُ فِي الْخَلْقِ وَلاَ يُشْبِهُهُ فِي الْخُلُقِ ثُمَّ ذَكَرَ قِصَّةً: يَمْلأُ اْلأَرْضَ عَدْلاً

‘Ali berkata –sembari ia melihat kepada anaknya, yakni Hasan– lalu berkata: “Sesungguhnya anakku ini adalah pemuka, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamainya. Dan akan lahir dari keturunannya seorang laki-laki yang dinamai seperti nama Nabi kalian. Ia menyerupai wajah Nabi kalian, namun berbeda dalam sifatnya.” Lalu ia menyebutkan sebuah kisah bahwa ia akan memenuhi bumi dengan keadilan. (lihat Al-Misykah no. 5462)1

َنْ هِلاَلِ بِنْ عَمْرٍو قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ وَرَاءِ النَّهْرِ يُقَالُ لَهُ الْحَارِثُ بنُ حَرَّاثٍ، عَلَى مُقَدِّمَتِهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ مَنْصُوْرٌ، يُوَاطِىءُ - أَوْ يُمَكِّنُ لِآلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَمَا مَكَّنَتْ قُرَيْشٌ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَبَ عَلَى كُلِّ مُؤْمِنٍ نَصْرُهُ - أَوْ قَالَ: إِجَابَتُهُ -

Dari Hilal bin ‘Amr, aku telah mendengar Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Akan keluar dari negara yang berada di belakang sungai seorang yang bernama Al-Harits bin Harrats, yang berada di depan seorang yang bernama Manshur. Ia mengukuhkan keluarga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana suku Quraisy memberikan kedudukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wajib bagi setiap mukmin menolongnya –atau ia berkata: menaatinya–.” (Lihat Al-Misykah no. 5458)
Wal ‘ilmu ‘indallah wa fauqa kulli dzi ‘ilmin ‘alim. (Ilmunya ada di sisi Allah, dan di atas setiap orang yang berilmu, masih ada orang yang lebih berilmu.)

1 Hadits ini dilemahkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu Lihat Sunan Abu Dawud no. 4290 (cet. Maktabah Al-Maarif) dan Al-Misykah no. 5458.

MENGINGAT MATI

Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya kita berpisah dengan dunia berikut isinya. Perpisahan itu terjadi saat kematian menjemput, tanpa ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Karena Ar-Rahman telah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

“Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78)

Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya, karena memang:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

“Seluruh yang ada di atas bumi ini fana (tidak kekal).” (Ar-Rahman: 26)

Mengingat mati akan melembutkan hati dan menghancurkan ketamakan terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan hasungan untuk banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)

Dalam hadits di atas ada beberapa faedah:

- Disunnahkannya setiap muslim yang sehat ataupun yang sedang sakit untuk mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengannya akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat maksiat serta dapat mendorong untuk beramal ketaatan.

- Mengingat mati di kala dalam kesempitan akan melapangkan hati seorang hamba. Sebaliknya, ketika dalam kesenangan hidup, ia tidak akan lupa diri dan mabuk kepayang. Dengan begitu ia selalu dalam keadaan bersiap untuk “pergi.” (Bahjatun Nazhirin, 1/634)

Ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas adalah ucapan yang singkat dan ringkas, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (kematian).” Namun padanya terkumpul peringatan dan sangat mengena sebagai nasihat, karena orang yang benar-benar mengingat mati akan merasa tiada berartinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya, sehingga menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia di masa mendatang. Sebaliknya, ia akan bersikap zuhud terhadap dunia. Namun bagi jiwa-jiwa yang keruh dan hati-hati yang lalai, perlu mendapatkan nasihat panjang lebar dan kata-kata yang panjang, walaupun sebenarnya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).”

disertai firman Allah k:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati,” sudah mencukupi bagi orang yang mendengar dan melihat.

Alangkah bagusnya ucapan orang yang berkata:

اذْكُرِ الْمَوْتَ تَجِدُ رَاحَةً، فِي إِذْكَارِ الْمَوْتِ تَقْصِيْرُ اْلأَمَلِ

“Ingatlah mati niscaya kau kan peroleh kelegaan, dengan mengingat mati akan pendeklah angan-angan.”

Adalah Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah engkau mati?”

Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa? Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya… dalam keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan. (At-Tadzkirah, hal. 8-9)

Sungguh, hanya orang-orang cerdas cendikialah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’

‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah. Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?” (At-Tadzkirah, hal. 9)

Bayangkanlah saat-saat sakaratul maut mendatangimu. Ayah yang penuh cinta berdiri di sisimu. Ibu yang penuh kasih juga hadir. Demikian pula anak-anakmu yang besar maupun yang kecil. Semua ada di sekitarmu. Mereka memandangimu dengan pandangan kasih sayang dan penuh kasihan. Air mata mereka tak henti mengalir membasahi wajah-wajah mereka. Hati mereka pun berselimut duka. Mereka semua berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama mereka. Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang makhluk yang dapat menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu. Sesungguhnya Dzat yang memberi kehidupan kepadamu, Dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut. Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata, “Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.”

Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung. Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah. (At-Tadzkirah, hal. 9)

Tentunya tangis mereka diikuti oleh amal shalih setelahnya, berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersegera kepada kebaikan. Beda halnya dengan keadaan kebanyakan manusia pada hari ini. Mereka yakin adanya surga tapi tidak mau beramal untuk meraihnya. Mereka juga yakin adanya neraka tapi mereka tidak takut. Mereka tahu bahwa mereka akan mati, tapi mereka tidak mempersiapkan bekal. Ibarat ungkapan penyair:

Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut

Hatiku keras bak sebongkah batu

Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal

Seakan lupa kematian mengintai di belakang

Padahal, ketika kematian telah datang, tak ada seorangpun yang dapat mengelak dan menundanya.

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

“Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.” (An-Nahl: 61)

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang ajal/waktunya.” (Al-Munafiqun: 11)

Wahai betapa meruginya seseorang yang berjalan menuju alam keabadian tanpa membawa bekal. Janganlah engkau, wahai jiwa, termasuk yang tak beruntung tersebut. Perhatikanlah peringatan Rabbmu:

وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدْ


“Dan hendaklah setiap jiwa memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan ayat di atas dengan menyatakan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan lihatlah amal shalih apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sebagai bekal di hari kebangkitan dan hari diperhadapkannya kalian kepada Rabb kalian.” (Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 1388)

Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal kala kematian telah datang karena tiada berbekal, lalu engkau berharap penangguhan.

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, ‘Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat hingga aku mendapat kesempatan untuk bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?’.” (Al-Munafiqun: 10)

Karenanya, berbekallah! Persiapkan amal shalih dan jauhi kedurhakaan kepada-Nya! Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

IDUL FITHRI BERSAMA RASULULLAH SAW

Idul Fitri bisa memiliki banyak makna bagi tiap-tiap orang. Ada yang memaknai Idul Fitri sebagai hari yang menyenangkan karena tersedianya banyak makanan enak, baju baru, banyaknya hadiah, dan lainnya. Ada lagi yang memaknai Idul Fitri sebagai saat yang paling tepat untuk pulang kampung dan berkumpul bersama handai tolan. Sebagian lagi rela melakukan perjalanan yang cukup jauh untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, dan berbagai aktivitas lain yang bisa kita saksikan. Namun barangkali hanya sedikit yang mau untuk memaknai Idul Fitri sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam “memaknainya”.

Idul Fitri memang hari istimewa. Secara syar’i pun dijelaskan bahwa Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat Islam selain Hari Raya Idul Adha. Karenanya, agama ini membolehkan umatnya untuk mengungkapkan perasaan bahagia dan bersenang-senang pada hari itu.

Sebagai bagian dari ritual agama, prosesi perayaan Idul Fitri sebenarnya tak bisa lepas dari aturan syariat. Ia harus didudukkan sebagaimana keinginan syariat.

Bagaimana masyarakat kita selama ini menjalani perayaan Idul Fitri yang datang menjumpai? Secara lahir, kita menyaksikan perayaan Hari Raya Idul Fitri masih sebatas sebagai rutinitas tahunan yang memakan biaya besar dan juga melelahkan. Kita sepertinya belum menemukan esensi yang sebenarnya dari Hari Raya Idul Fitri sebagaimana yang dimaukan syariat.

Bila Ramadhan sudah berjalan 3 minggu atau sepekan lagi ibadah puasa usai, “aroma” Idul Fitri seolah mulai tercium. Ibu-ibu pun sibuk menyusun menu makanan dan kue-kue, baju-baju baru ramai diburu, transportasi mulai padat karena banyak yang bepergian atau karena arus mudik mulai meningkat, serta berbagai aktivitas lainya. Semua itu seolah sudah menjadi aktivitas “wajib” menjelang Idul Fitri, belum ada tanda-tanda menurun atau berkurang.
Untuk mengerjakan sebuah amal ibadah, bekal ilmu syar’i memang mutlak diperlukan. Bila tidak, ibadah hanya dikerjakan berdasar apa yang dia lihat dari para orang tua. Tak ayal, bentuk amalannya pun menjadi demikian jauh dari yang dimaukan syariat.
Demikian pula dengan Idul Fitri. Bila kita paham bagaimana bimbingan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah ini, tentu berbagai aktivitas yang selama ini kita saksikan bisa diminimalkan. Beridul Fitri tidak harus menyiapkan makanan enak dalam jumlah banyak, tidak harus beli baju baru karena baju yang bersih dan dalam kondisi baik pun sudah mencukupi, tidak harus mudik karena bersilaturahim dengan para saudara yang sebenarnya bisa dilakukan kapan saja, dan sebagainya. Dengan tahu bimbingan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beridul Fitri tidak lagi butuh biaya besar dan semuanya terasa lebih mudah.
Berikut ini sedikit penjelasan tentang bimbingan syariat dalam beridul Fitri.

Definisi Ied (Hari Raya)
Ibnu A’rabi mengatakan: “Id1 dinamakan demikian karena setiap tahun terulang dengan kebahagiaan yang baru.” (Al-Lisan hal. 5)
Ibnu Taimiyyah berkata: “Id adalah sebutan untuk sesuatu yang selalu terulang berupa perkumpulan yang bersifat massal, baik tahunan, mingguan atau bulanan.” (dinukil dari Fathul Majid hal. 289 tahqiq Al-Furayyan)
Id dalam Islam adalah Idul Fitri, Idul Adha dan Hari Jum’at.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيْهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا، يَوْمَ اْلأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ

Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah datang ke Madinah dalam keadaan orang-orang Madinah mempunyai 2 hari (raya) yang mereka bermain-main padanya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: “Apa (yang kalian lakukan) dengan 2 hari itu?” Mereka menjawab: “Kami bermain-main padanya waktu kami masih jahiliyyah.” Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” (Shahih, HR. Abu Dawud no. 1004, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

Hukum Shalat Ied
Ibnu Rajab berkata: “Para ulama berbeda pendapat tentang hukum Shalat Id menjadi 3 pendapat:
Pertama: Shalat Id merupakan amalan Sunnah (ajaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) yang dianjurkan, seandainya orang-orang meninggalkannya maka tidak berdosa. Ini adalah pendapat Al-Imam Ats-Tsauri dan salah satu riwayat dari Al-Imam Ahmad.
Kedua: Bahwa itu adalah fardhu kifayah, sehingga jika penduduk suatu negeri sepakat untuk tidak melakukannya berarti mereka semua berdosa dan mesti diperangi karena meninggalkannya. Ini yang tampak dari madzhab Al-Imam Ahmad dan pendapat sekelompok orang dari madzhab Hanafi dan Syafi’i.
Ketiga: Wajib ‘ain (atas setiap orang) seperti halnya Shalat Jum’at. Ini pendapat Abu Hanifah dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad.
Al-Imam Asy-Syafi’I mengatakan dalam Mukhtashar Al-Muzani: “Barangsiapa memiliki kewajiban untuk mengerjakan Shalat Jum’at, wajib baginya untuk menghadiri shalat 2 hari raya. Dan ini tegas bahwa hal itu wajib ‘ain.” (Diringkas dari Fathul Bari Ibnu Rajab, 6/75-76)
Yang terkuat dari pendapat yang ada –wallahu a’lam– adalah pendapat ketiga dengan dalil berikut:

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُوْرِ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِحْدَانَا لاَ يَكُوْنُ لَهَا جِلْبَابٌ؟ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا

Dari Ummu ‘Athiyyah ia mengatakan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk mengajak keluar (kaum wanita) pada (hari raya) Idul Fitri dan Idul Adha yaitu gadis-gadis, wanita yang haid, dan wanita-wanita yang dipingit. Adapun yang haid maka dia menjauhi tempat shalat dan ikut menyaksikan kebaikan dan dakwah muslimin. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab?” Nabi menjawab: “Hendaknya saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim, ini lafadz Muslim Kitabul ‘Idain Bab Dzikru Ibahati Khurujinnisa)
Perhatikanlah perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk pergi menuju tempat shalat, sampai-sampai yang tidak punya jilbabpun tidak mendapatkan udzur. Bahkan tetap harus keluar dengan dipinjami jilbab oleh yang lain.
Shiddiq Hasan Khan berkata: “Perintah untuk keluar berarti perintah untuk shalat bagi yang tidak punya udzur… Karena keluarnya (ke tempat shalat) merupakan sarana untuk shalat dan wajibnya sarana tersebut berkonsekuensi wajibnya yang diberi sarana (yakni shalat).
Di antara dalil yang menunjukkan wajibnya Shalat Id adalah bahwa Shalat Id menggugurkan Shalat Jum’at bila keduanya bertepatan dalam satu hari. Dan sesuatu yang tidak wajib tidak mungkin menggugurkan suatu kewajiban.” (Ar-Raudhatun Nadiyyah, 1/380 dengan At-Ta’liqat Ar-Radhiyyah. Lihat pula lebih rinci dalam Majmu’ Fatawa, 24/179-186, As-Sailul Jarrar, 1/315, Tamamul Minnah, hal. 344)

Wajibkah Shalat Id Bagi Musafir?
Sebuah pertanyaan telah diajukan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, yang intinya: Apakah untuk Shalat Id disyaratkan pelakunya seorang yang mukim (tidak sedang bepergian)?
Beliau kemudian menjawab yang intinya: “Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Ada yang mengatakan, disyaratkan mukim. Ada yang mengatakan, tidak disyaratkan mukim.”
Lalu beliau mengatakan: “Yang benar tanpa keraguan, adalah pendapat yang pertama. Yaitu Shalat Id tidak disyariatkan bagi musafir, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam banyak melakukan safar dan melakukan 3 kali umrah selain umrah haji, beliau juga berhaji wada’ dan ribuan manusia menyertai beliau, serta beliau berperang lebih dari 20 peperangan, namun tidak seorangpun menukilkan bahwa dalam safarnya beliau melakukan Shalat Jum’at dan Shalat Id…” (Majmu’ Fatawa, 24/177-178)

Mandi Sebelum Melakukan Shalat Id

عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى

“Dari Malik dari Nafi’, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar dahulu mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan).” (Shahih, HR. Malik dalam Al-Muwaththa` dan Al-Imam Asy-Syafi’i dari jalannya dalam Al-Umm)
Dalam atsar lain dari Zadzan, seseorang bertanya kepada ‘Ali radhiallahu 'anhu tentang mandi, maka ‘Ali berkata: “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Ia menjawab: “Tidak, mandi yang itu benar-benar mandi.” Ali radhiallahu 'anhu berkata: “Hari Jum’at, hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri.” (HR. Al-Baihaqi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa`, 1-176-177))

Memakai Wewangian
عَنْ مُوْسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ يَغْتَسِلُ وَيَتَطَيَّبُ يَوْمَ الْفِطْرِ
“Dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ bahwa Ibnu ‘Umar mandi dan memakai wewangian di hari Idul fitri.” (Riwayat Al-Firyabi dan Abdurrazzaq)
Al-Baghawi berkata: “Disunnahkan untuk mandi di hari Id. Diriwayatkan dari Ali bahwa beliau mandi di hari Id, demikian pula yang sejenis itu dari Ibnu Umar dan Salamah bin Akwa’ dan agar memakai pakaian yang paling bagus yang dia dapati serta agar memakai wewangian.” (Syarhus Sunnah, 4/303)

Memakai Pakaian yang Bagus
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: أَخَذَ عُمَرُ جُبَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ فِي السُّوْقِ فَأَخَذَهَا فَأَتَى بِهَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيْدِ وَالْوُفُوْدِ. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ
Dari Abdullah bin Umar bahwa Umar mengambil sebuah jubah dari sutera yang dijual di pasar maka dia bawa kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Umar radhiallahu 'anhu berkata: “Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut utusan-utusan.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun berkata: “Ini adalah pakaian orang yang tidak akan dapat bagian (di akhirat)….” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitabul Jum’ah Bab Fil ‘Idain wat Tajammul fihi dan Muslim Kitab Libas Waz Zinah)
Ibnu Rajab berkata: “Hadits ini menunjukkan disyariatkannya berhias untuk hari raya dan bahwa ini perkara yang biasa di antara mereka.” (Fathul Bari)

Makan Sebelum Berangkat Shalat Id

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ. وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ: حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا

Dari Anas bin Malik ia berkata: Adalah Rasulullah tidak keluar di hari fitri sebelum beliau makan beberapa kurma. Murajja‘ bin Raja‘ berkata: Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata kepadanya: “Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.” (Shahih, HR Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Akl Yaumal ‘Idain Qablal Khuruj)
Ibnu Rajab berkata: “Mayoritas ulama menganggap sunnah untuk makan pada Idul Fitri sebelum keluar menuju tempat Shalat Id, di antara mereka ‘Ali dan Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma.”
Di antara hikmah dalam aturan syariat ini, yang disebutkan oleh para ulama adalah:
a. Menyelisihi Ahlul kitab, yang tidak mau makan pada hari raya mereka sampai mereka pulang.
b. Untuk menampakkan perbedaan dengan Ramadhan.
c. Karena sunnahnya Shalat Idul Fitri lebih siang (dibanding Idul Adha) sehingga makan sebelum shalat lebih menenangkan jiwa. Berbeda dengan Shalat Idul Adha, yang sunnah adalah segera dilaksanakan. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/89)

Bertakbir Ketika Keluar Menuju Tempat Shalat

كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ، فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْرَ
“Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar di Hari Raya Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat dan sampai selesai shalat. Apabila telah selesai shalat beliau memutus takbir.” (Shahih, Mursal Az-Zuhri, diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dengan syawahidnya dalam Ash-Shahihah no. 171)
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: “Dalam hadits ini ada dalil disyariatkannya apa yang diamalkan kaum muslimin yaitu bertakbir dengan keras selama perjalanan menuju tempat shalat walaupun banyak di antara mereka mulai menggampangkan sunnah (ajaran) ini, sehingga hampir-hampir menjadi sekedar berita (apa yang dulu terjadi). Hal itu karena lemahnya mental keagamaan mereka dan karena rasa malu untuk menampilkan sunnah serta terang-terangan dengannya. Dan dalam kesempatan ini, amat baik untuk kita ingatkan bahwa mengeraskan takbir di sini tidak disyariatkan padanya berpadu dalam satu suara sebagaimana dilakukan sebagian manusia2…” (Ash-Shahihah: 1 bagian 1 hal. 331)

Lafadz Takbir
Tentang hal ini tidak terdapat riwayat yang shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam –wallahu a’lam–. Yang ada adalah dari shahabat, dan itu ada beberapa lafadz.
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: Telah shahih mengucapkan 2 kali takbir dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu 'anhu:
أَنَّهُ كَانَ يُكَبِرُ أَيَّامَ التَّشْرِيْقِ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Bahwa beliau bertakbir di hari-hari tasyriq:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
(HR. Ibnu Abi Syaibah, 2/2/2 dan sanadnya shahih)
Namun Ibnu Abi Syaibah menyebutkan juga di tempat yang lain dengan sanad yang sama dengan takbir tiga kali. Demikian pula diriwayatkan Al-Baihaqi (3/315) dan Yahya bin Sa’id dari Al-Hakam dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dengan tiga kali takbir.
Dalam salah satu riwayat Ibnu ‘Abbas disebutkan:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَأَجَلَّ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
(Lihat Irwa`ul Ghalil, 3/125)

Tempat Shalat Id
Banyak ulama menyebutkan bahwa petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam shalat dua hari raya adalah beliau selalu melakukannya di mushalla.
Mushalla yang dimaksud adalah tempat shalat berupa tanah lapang dan bukan masjid, sebagaimana dijelaskan sebagian riwayat hadits berikut ini.

عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ: خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أَضْحًى إِلَى الْبَقِيْعِ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ وَقَالَ: إِنَّ أَوَّلَ نُسُكِنَا فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نَبْدَأَ بِالصَّلاَةِ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ وَافَقَ سُنَّتَنَا

Dari Al-Bara’ Ibnu ‘Azib ia berkata: “Nabi pergi pada hari Idul Adha ke Baqi’ lalu shalat 2 rakaat lalu menghadap kami dengan wajahnya dan mengatakan: ‘Sesungguhnya awal ibadah kita di hari ini adalah dimulai dengan shalat. Lalu kita pulang kemudian menyembelih kurban. Barangsiapa yang sesuai dengan itu berarti telah sesuai dengan sunnah…” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Istiqbalul Imam An-Nas Fi Khuthbatil ‘Id)
Ibnu Rajab berkata: “Dalam hadits ini dijelaskan bahwa keluarnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan shalatnya adalah di Baqi’, namun bukan yang dimaksud adalah Nabi shalat di kuburan Baqi’. Tapi yang dimaksud adalah bahwa beliau shalat di tempat lapang yang bersambung dengan kuburan Baqi’ dan nama Baqi’ itu meliputi seluruh daerah tersebut. Juga Ibnu Zabalah telah menyebutkan dengan sanadnya bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Id di luar Madinah sampai di lima tempat, sehingga pada akhirnya shalatnya tetap di tempat yang dikenal (untuk pelaksanaan Id, -pent.). Lalu orang-orang sepeninggal beliau shalat di tempat itu.” (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/144)

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُوْمُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوْسٌ عَلَى صُفُوْفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوْصِيْهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيْدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ

“Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia mengatakan: Bahwa Rasulullah dahulu keluar di hari Idul Fitri dan Idhul Adha ke mushalla, yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat, lalu berpaling dan kemudian berdiri di hadapan manusia sedang mereka duduk di shaf-shaf mereka. Kemudian beliau menasehati dan memberi wasiat kepada mereka serta memberi perintah kepada mereka. Bila beliau ingin mengutus suatu utusan maka beliau utus, atau ingin memerintahkan sesuatu maka beliau perintahkan, lalu beliau pergi.” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Khuruj Ilal Mushalla bi Ghairil Mimbar dan Muslim)
Ibnu Hajar menjelaskan: “Al-Mushalla yang dimaksud dalam hadits adalah tempat yang telah dikenal, jarak antara tempat tersebut dengan masjid Nabawi sejauh 1.000 hasta.” Ibnul Qayyim berkata: “Yaitu tempat jamaah haji meletakkan barang bawaan mereka.”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: “Nampaknya tempat itu dahulu di sebelah timur masjid Nabawi, dekat dengan kuburan Baqi’…” (dinukil dari Shalatul ‘Idain fil Mushalla Hiya Sunnah karya Asy-Syaikh Al-Albani, hal. 16)

Waktu Pelaksanaan Shalat

يَزِيْدُ بْنُ خُمَيْرٍ الرَّحَبِيُّ قَالَ: خَرَجَ عَبْدُ اللهِ بْنُ بُسْرٍ صَاحِبُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ النَّاسِ فِي يَوْمِ عِيْدِ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَأَنْكَرَ إِبْطَاءَ اْلإِمَامِ. فَقَالَ: إِنَّا كُنَّا قَدْ فَرَغْنَا سَاعَتَنَا هَذِهِ وَذَلِكَ حِيْنَ التَّسْبِيْحِ
“Yazid bin Khumair Ar-Rahabi berkata: Abdullah bin Busr, salah seorang shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi bersama orang-orang di Hari Idul Fitri atau Idhul Adha, maka ia mengingkari lambatnya imam. Iapun berkata: ‘Kami dahulu telah selesai pada saat seperti ini.’ Dan itu ketika tasbih.” (Shahih, HR. Al-Bukhari secara mua’llaq, Kitabul ‘Idain Bab At-Tabkir Ilal ‘Id, 2/456, Abu Dawud Kitabush Shalat Bab Waqtul Khuruj Ilal ‘Id: 1135, Ibnu Majah Kitab Iqamatush- shalah was Sunan fiha Bab Fi Waqti Shalatil ’Idain. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud)
Yang dimaksud dengan kata “ketika tasbih” adalah ketika waktu shalat sunnah. Dan itu adalah ketika telah berlalunya waktu yang dibenci shalat padanya. Dalam riwayat yang shahih riwayat Ath-Thabrani yaitu ketika Shalat Sunnah Dhuha.
Ibnu Baththal berkata: “Para ahli fiqih bersepakat bahwa Shalat Id tidak boleh dilakukan sebelum terbitnya matahari atau ketika terbitnya. Shalat Id hanyalah diperbolehkan ketika diperbolehkannya shalat sunnah.” Demikian dijelaskan Ibnu Hajar. (Al-Fath, 2/457)
Namun sebenarnya ada yang berpendapat bahwa awal waktunya adalah bila terbit matahari, walaupun waktu dibencinya shalat belum lewat. Ini pendapat Imam Malik. Adapun pendapat yang lalu, adalah pendapat Abu Hanifah, Ahmad dan salah satu pendapat pengikut Syafi’i. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/104)
Namun yang kuat adalah pendapat yang pertama, karena menurut Ibnu Rajab: “Sesungguhnya telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rafi’ bin Khadij dan sekelompok tabi’in bahwa mereka tidak keluar menuju Shalat Id kecuali bila matahari telah terbit. Bahkan sebagian mereka Shalat Dhuha di masjid sebelum keluar menuju Id. Ini menunjukkan bahwa Shalat Id dahulu dilakukan setelah lewatnya waktu larangan shalat.” (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105)

Apakah Waktu Idul Fitri lebih Didahulukan daripada Idul Adha?
Ada dua pendapat:
Pertama, bahwa keduanya dilakukan dalam waktu yang sama.
Kedua, disunnahkan untuk diakhirkan waktu Shalat Idul Fitri dan disegerakan waktu Idul Adha. Itu adalah pendapat Abu Hanifah, Asy-Syafi’i dan Ahmad. Ini yang dikuatkan Ibnu Qayyim, dan beliau mengatakan: “Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melambatkan Shalat Idul Fitri serta menyegerakan Idul Adha. Dan Ibnu ‘Umar dengan semangatnya untuk mengikuti sunnah tidak keluar sehingga telah terbit matahari dan bertakbir dari rumahnya menuju mushalla.” (Zadul Ma’ad, 1/427, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105)
Hikmahnya, dengan melambatkan Shalat Idul Fitri maka semakin meluas waktu yang disunahkan untuk mengeluarkan zakat fitrah; dan dengan menyegerakan Shalat Idul Adha maka semakin luas waktu untuk menyembelih dan tidak memberatkan manusia untuk menahan dari makan sehingga memakan hasil qurban mereka. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/105-106)

Tanpa Adzan dan Iqamah

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيْدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ

Dari Jabir bin Samurah ia berkata: “Aku shalat bersama Rasulullah 2 Hari Raya (yakni Idul Fitri dan Idul Adha), bukan hanya 1 atau 2 kali, tanpa adzan dan tanpa iqamah.” (Shahih, HR. Muslim)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اْلأَنْصَارِيِّ قَالاَ: لَمْ يَكُنْ يُؤَذَّنُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَلاَ يَوْمَ اْلأَضْحَى ثُمَّ سَأَلْتُهُ بَعْدَ حِيْنٍ عَنْ ذَلِكَ فَأَخْبَرَنِي قَالَ: أَخْبَرَنِي جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ اْلأَنْصَارِيُّ أَنْ لاَ أَذَانَ لِلصَّلاَةِ يَوْمَ الْفِطْرِ حِيْنَ يَخْرُجُ اْلإِمَامُ وَلاَ بَعْدَ مَا يَخْرُجُ وَلاَ إِقَامَةَ وَلا نِدَاءَ وَلاَ شَيْءَ، لاَ نِدَاءَ يَوْمَئِذٍ وَلاَ إِقَامَةَ

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dan Jabir bin Abdillah Al-Anshari keduanya berkata: “Tidak ada adzan pada hari Fitri dan Adha.” Kemudian aku bertanya kepada Ibnu Abbas tentang itu, maka ia mengabarkan kepadaku bahwa Jabir bin Abdillah Al-Anshari mengatakan: “Tidak ada adzan dan iqamah di hari Fitri ketika keluarnya imam, tidak pula setelah keluarnya. Tidak ada iqamah, tidak ada panggilan dan tidak ada apapun, tidak pula iqamah.” (Shahih, HR. Muslim)
Ibnu Rajab berkata: “Tidak ada perbedaan pendapat di antara ulama dalam hal ini dan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar dan ‘Umar radhiallahu 'anhuma melakukan Shalat Id tanpa adzan dan iqamah.”
Al-Imam Malik berkata: “Itu adalah sunnah yang tiada diperselisihkan menurut kami, dan para ulama sepakat bahwa adzan dan iqamah dalam shalat 2 Hari Raya adalah bid’ah.” (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/94)
Bagaimana dengan panggilan yang lain semacam: Ash-shalatu Jami’ah?
Al-Imam Asy-Syafi’i dan pengikutnya menganggap hal itu sunnah. Mereka berdalil dengan: Pertama: riwayat mursal dari seorang tabi’in yaitu Az-Zuhri.
Kedua: mengqiyaskannya dengan Shalat Kusuf (gerhana).
Namun pendapat yang kuat bahwa hal itu juga tidak disyariatkan. Adapun riwayat dari Az-Zuhri merupakan riwayat mursal yang tentunya tergolong dha’if (lemah). Sedangkan pengqiyasan dengan Shalat Kusuf tidaklah tepat, dan keduanya memiliki perbedaan. Di antaranya bahwa pada Shalat Kusuf orang-orang masih berpencar sehingga perlu seruan semacam itu, sementara Shalat Id tidak. Bahkan orang-orang sudah menuju tempat shalat dan berkumpul padanya. (Fathul Bari, karya Ibnu Rajab, 6/95)
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullahu berkata: “Qiyas di sini tidak sah, karena adanya nash yang shahih yang menunjukkan bahwa di zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk Shalat Id tidak ada adzan dan iqamah atau suatu apapun. Dan dari sini diketahui bahwa panggilan untuk Shalat Id adalah bid’ah, dengan lafadz apapun.” (Ta’liq terhadap Fathul Bari, 2/452)
Ibnu Qayyim berkata: Apabila Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sampai ke tempat shalat maka mulailah beliau shalat tanpa adzan dan iqamah dan tanpa ucapan “Ash-shalatu Jami’ah”, dan Sunnah Nabi adalah tidak dilakukan sesuatupun dari (panggilan-panggilan) itu. (Zadul Ma’ad, 1/427)

Kaifiyah (Tata Cara) Shalat Id
Shalat Id dilakukan dua rakaat, pada prinsipnya sama dengan shalat-shalat yang lain. Namun ada sedikit perbedaan yaitu dengan ditambahnya takbir pada rakaat yang pertama 7 kali, dan pada rakaat yang kedua tambah 5 kali takbir selain takbiratul intiqal.
Adapun takbir tambahan pada rakaat pertama dan kedua itu tanpa takbir ruku’, sebagaimana dijelaskan oleh ‘Aisyah dalam riwayatnya:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فِي الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى سَبْعًا وَخَمْسًا سِوَى تَكْبِيْرَتَيْ الرُّكُوْعِ

“Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah bertakbir para (shalat) Fitri dan Adha 7 kali dan 5 kali selain 2 takbir ruku’.” (HR. Abu Dawud dalam Kitabush Shalat Bab At-Takbir fil ’Idain. ‘Aunul Ma’bud, 4/10, Ibnu Majah no. 1280, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Abani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no. 1149)
Pertanyaan: Apakah pada 5 takbir pada rakaat yang kedua dengan takbiratul intiqal (takbir perpindahan dari sujud menuju berdiri)?
Ibnu Abdil Bar menukilkan kesepakatan para ulama bahwa lima takbir tersebut selain takbiratul intiqal. (Al-Istidzkar, 7/52 dinukil dari Tanwirul ‘Ainain)
Pertanyaan: Tentang 7 takbir pertama, apakah termasuk takbiratul ihram atau tidak?
Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat:
Pertama: Pendapat Al-Imam Malik, Al-Imam Ahmad, Abu Tsaur dan diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma bahwa 7 takbir itu termasuk takbiratul ihram. (lihat Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/178, Aunul Ma’bud, 4/6, Istidzkar, 2/396 cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah)
Kedua: Pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i, bahwa 7 takbir itu tidak termasuk takbiratul ihram. (Al-Umm, 3/234 cet. Dar Qutaibah dan referensi sebelumnya)
Nampaknya yang lebih kuat adalah pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i. Hal itu karena ada riwayat yang mendukungnya, yaitu:

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جِدِّهِ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فِي الْعِيْدَيْنِ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ تَكْبِيْرَةً، سَبْعًا فِي اْلأُوْلَى وَخَمْسًا فِي اْلآخِرَةِ سِوَى تَكْبِيْرَتَيِ الصَّلاَةِ

“Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertakbir pada 2 hari raya 12 takbir, 7 pada rakaat yang pertama dan 5 pada rakaat yang terakhir, selain 2 takbir shalat.”(Ini lafadz Ath-Thahawi)
Adapun lafadz Ad-Daruquthni:

سِوَى تَكْبِيْرَةِ اْلإِحْرَامِ

“Selain takbiratul ihram.” (HR. Ath-Thahawi dalam Ma’ani Al-Atsar, 4/343 no. 6744 cet. Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Ad-Daruquthni, 2/47-48 no. 20)
Dalam sanad hadits ini ada seorang perawi yang diperselisihkan bernama Abdullah bin Abdurrahman At-Tha‘ifi. Akan tetapi hadits ini dishahihkan oleh Al-Imam Ahmad, ‘Ali Ibnul Madini dan Al-Imam Al-Bukhari sebagaimana dinukilkan oleh At-Tirmidzi. (lihat At-Talkhis, 2/84, tahqiq As-Sayyid Abdullah Hasyim Al-Yamani, At-Ta’liqul Mughni, 2/18 dan Tanwirul ‘Ainain, hal. 158)
Adapun bacaan surat pada 2 rakaat tersebut, semua surat yang ada boleh dan sah untuk dibaca. Akan tetapi dahulu Nabi membaca pada rakaat yang pertama “Sabbihisma” (Surat Al-A’la) dan pada rakaat yang kedua “Hal ataaka” (Surat Al-Ghasyiah). Pernah pula pada rakaat yang pertama Surat Qaf dam kedua Surat Al-Qamar (keduanya riwayat Muslim, lihat Zadul Ma’ad, 1/427-428)

Apakah Mengangkat Tangan di Setiap Takbir Tambahan?
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Jumhur ulama berpendapat mengangkat tangan.
Sementara salah satu dari pendapat Al-Imam Malik tidak mengangkat tangan, kecuali takbiratul ihram. Ini dikuatkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Tamamul Minnah (hal. 349). Lihat juga Al-Irwa‘ (3/113).
Tidak ada riwayat dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang shahih dalam hal ini.

Kapan Membaca Doa Istiftah?
Al-Imam Asy-Syafi’i dan jumhur ulama berpendapat setelah takbiratul ihram dan sebelum takbir tambahan. (Al-Umm, 3/234 dan Al-Majmu’, 5/26. Lihat pula Tanwirul ‘Ainain hal. 149)

Khutbah Id
Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendahulukan shalat sebelum khutbah.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: شَهِدْتُ الْعِيْدَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّوْنَ قَبْلَ الْخُطْبَةِ

“Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata: Aku mengikuti Shalat Id bersama Rasulullah, Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Utsman maka mereka semua shalat dahulu sebelum khutbah.” (Shahih, HR Al-Bukhari Kitab ‘Idain Bab Al-Khutbah Ba’dal Id)
Dalam berkhutbah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dan menghadap manusia tanpa memakai mimbar, mengingatkan mereka untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan juga beliau mengingatkan kaum wanita secara khusus untuk banyak melakukan shadaqah, karena ternyata kebanyakan penduduk neraka adalah kaum wanita.
Jamaah Id dipersilahkan memilih duduk mendengarkan atau tidak, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيْدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ: إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ

Dari ‘Abdullah bin Saib ia berkata: Aku menyaksikan bersama Rasulullah Shalat Id, maka ketika beliau selesai shalat, beliau berkata: “Kami berkhutbah, barangsiapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah duduklah dan barangsiapa yang ingin pergi maka silahkan.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, no. 1155)
Namun alangkah baiknya untuk mendengarkannya bila itu berisi nasehat-nasehat untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan berpegang teguh dengan agama dan Sunnah serta menjauhi bid’ah. Berbeda keadaannya bila mimbar Id berubah menjadi ajang kampanye politik atau mencaci maki pemerintah muslim yang tiada menambah di masyarakat kecuali kekacauan. Wallahu a’lam.

Wanita yang Haid
Wanita yang sedang haid tetap mengikuti acara Shalat Id, walaupun tidak boleh melakukan shalat, bahkan haram dan tidak sah. Ia diperintahkan untuk menjauh dari tempat shalat sebagaimana hadits yang lalu dalam pembahasan hukum Shalat Id.

Sutrah Bagi Imam
Sutrah adalah benda, bisa berupa tembok, tiang, tongkat atau yang lain yang diletakkan di depan orang shalat sebagai pembatas shalatnya, panjangnya kurang lebih 1 hasta. Telah terdapat larangan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melewati orang yang shalat. Dengan sutrah ini, seseorang boleh melewati orang yang shalat dari belakang sutrah dan tidak boleh antara seorang yang shalat dengan sutrah. Sutrah ini disyariatkan untuk imam dan orang yang shalat sendirian atau munfarid. Adapun makmum tidak perlu dan boleh lewat di depan makmum. Ini adalah Sunnah yang mayoritas orang meninggalkannya. Oleh karenanya, marilah kita menghidupkan sunnah ini, termasuk dalam Shalat Id.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيْدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوْضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السَّفَرِ فَمِنْ ثَمَّ اتَّخَذَهَا اْلأُمَرَاءُ

“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu apabila keluar pada hari Id, beliau memerintahkan untuk membawa tombak kecil, lalu ditancapkan di depannya, lalu beliau shalat ke hadapannya, sedang orang-orang di belakangnya. Beliau melakukan hal itu di safarnya dan dari situlah para pimpinan melakukannya juga.” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitabush Shalat Bab Sutratul Imam Sutrah liman Khalfah dan Kitabul ‘Idain Bab Ash-Shalat Ilal harbah Yaumul Id. Al-Fath, 2/463 dan Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/136)

Bila Masbuq (Tertinggal) Shalat Id, Apa yang Dilakukan?
Al-Imam Al-Bukhari membuat bab dalam Shahih-nya berjudul: “Bila tertinggal shalat Id maka shalat 2 rakaat, demikian pula wanita dan orang-orang yang di rumah dan desa-desa berdasarkan sabda Nabi: ‘Ini adalah Id kita pemeluk Islam’.”
Adalah ‘Atha` (tabi’in) bila ketinggalan Shalat Id beliau shalat dua rakaat.
Bagaimana dengan takbirnya? Menurut Al-Hasan, An-Nakha’i, Malik, Al-Laits, Asy-Syafi’i dan Ahmad dalam satu riwayat, shalat dengan takbir seperti takbir imam. (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/169)

Pulang dari Shalat Id Melalui Rute Lain saat Berangkat

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْدٍ خَالَفَ الطَّرِيْقَ

Dari Jabir, ia berkata:” Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda. (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Man Khalafa Thariq Idza Raja’a…, Fathul Bari karya Ibnu Hajar, 2/472986, karya Ibnu Rajab, 6/163 no. 986)
Ibnu Rajab berkata: “Banyak ulama menganggap sunnah bagi imam atau selainnya, bila pergi melalui suatu jalan menuju Shalat Id maka pulang dari jalan yang lainnya. Dan itu adalah pendapat Al-Imam Malik, Ats-Tsauri, Asy-Syafi’i dan Ahmad… Dan seandainya pulang dari jalan itu, maka tidak dimakruhkan.”
Para ulama menyebutkan beberapa hikmahnya, di antaranya agar lebih banyak bertemu sesama muslimin untuk memberi salam dan menumbuhkan rasa cinta. (Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/166-167. Lihat pula Zadul Ma’ad, 1/433)

Bila Id Bertepatan dengan Hari Jum’at

عَنْ إِيَاسِ بْنِ أَبِي رَمْلَةَ الشَّامِيِّ قَالَ: شَهِدْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ وَهُوَ يَسْأَلُ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ قَالَ: أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِيْدَيْنِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَكَيْفَ صَنَعَ؟ قَالَ: صَلَّى الْعِيْدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ، فَقَالَ: مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ

Dari Iyas bin Abi Ramlah Asy-Syami, ia berkata: Aku menyaksikan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dia sedang bertanya kepada Zaid bin Arqam: “Apakah kamu menyaksikan bersama Rasulullah, dua Id berkumpul dalam satu hari?” Ia menjawab: “Iya.” Mu’awiyah berkata: “Bagaimana yang beliau lakukan?” Ia menjawab: “Beliau Shalat Id lalu memberikan keringanan pada Shalat Jumat dan mengatakan: ‘Barangsiapa yang ingin mengerjakan Shalat Jumat maka shalatlah’.”

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: قَدْ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيْدَانِ، فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُوْنَ

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau berkata: “Telah berkumpul pada hari kalian ini 2 Id, maka barangsiapa yang berkehendak, (Shalat Id) telah mencukupinya dari Jum’at dan sesungguhnya kami tetap melaksanakan Jum’at.” (Keduanya diriwayatkan Abu Dawud dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no. 1070 dan 1073)
Ibnu Taimiyyah berkata: “Pendapat yang ke-3 dan itulah yang benar, bahwa yang ikut Shalat Id maka gugur darinya kewajiban Shalat Jum’at. Akan tetapi bagi imam agar tetap melaksanakan Shalat Jum’at, supaya orang yang ingin mengikuti Shalat Jum’at dan orang yang tidak ikut Shalat Id bisa mengikutinya. Inilah yang diriwayatkan dari Nabi dan para shahabatnya.” (Majmu’ Fatawa, 23/211)
Lalu beliau mengatakan juga bahwa yang tidak Shalat Jum’at maka tetap Shalat Dzuhur.
Ada sebagian ulama yang berpendapat tidak Shalat Dzuhur pula, di antaranya ‘Atha`. Tapi ini pendapat yang lemah dan dibantah oleh para ulama. (Lihat At-Tamhid, 10/270-271)

Ucapan Selamat Saat Hari Raya
Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: ‘Para shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ

“Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” (Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168)
Wallahu a’lam.

Footnote :
1 'Id artinya kembali.
2 Karena Nabi tidak memberi contoh demikian dalam ibadah ini. Lain halnya –wallahu a’lam– bila kebersamaan itu tanpa disengaja.

TURUNNYA NABI ISA SEBAGAI HAL YANG WAJIB DIIMANI

Muara dari kisah Nabi Isa ‘alaihissalam masih samar bagi sebagian kaum muslimin. Terlebih hal ini terancukan oleh keyakinan Nasrani yang meyakini bahwa Isa telah wafat karena disalib. Bagaimana kisah sebenarnya dari nabi Isa ‘alaihissalam ini?

Siapakah Isa Al-Masih 1?
Dia adalah Isa Ibnu (putra) Maryam, seorang hamba Allah (Abdullah) dan utusan-Nya (Rasulullah) serta Nabi-Nya. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Nabi Isa ‘alaihissalam sendiri, seperti yang dikisahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat-ayat Al-Qur`an:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا. وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ ‎وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوْتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا. ذَلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ. مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُوْلُ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ. وَإِنَّ اللهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ. فَاخْتَلَفَ اْلأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, serta berbakti kepada ibuku. Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah,’ maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (Maryam: 30-37)
إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيْلَ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Az-Zukhruf: 59)
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيْقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ اْلآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang membenarkan, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memerhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Ma`idah: 75)
Ayat yang menegaskan demikian cukup banyak, apa yang disebutkan sudah cukup menjelaskan siapakah Nabi Isa ‘alaihissalam. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ubadah ibnush Shamit radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلىَ مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ
“Barangsiapa bersaksi bahwa tiada ilah yang benar kecuali Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya serta kalimat-Nya yang Allah lontarkan kepada Maryam, dan bahwa surga itu benar dan neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya ke dalam Al-Jannah sesuai dengan amalnya.” (Shahih, HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, Nabi Isa ‘alaihissalam sama sekali tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan, sehingga tidak berhak untuk diibadahi atau dipertuhankan. Sebagaimana juga beliau adalah seorang rasul yang berhak untuk mendapatkan hak-haknya sebagai rasul, sehingga harus diimani kerasulannya, dicintai dan dihormati yang semua itu tidak melebihi kedudukannya sebagai manusia. Tidak boleh pula dihinakan atau dilecehkan, lebih-lebih dikatakan sebagai anak zina.

Sifat Fisik Nabi Isa ‘alaihissalam
Beliau adalah seorang lelaki yang postur tubuhnya tidak tinggi tidak pula pendek, kulitnya kemerahan, dadanya bidang2, rambutnya lurus, melebihi ujung telinganya, telah beliau sisir dan memenuhi antara dua pundaknya3. Rambutnya meneteskan air seolah-olah baru keluar dari kamar mandi4.

Sikap yang benar terhadap Nabi Isa
Sesungguhnya Nabi yang mulia ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Namun tidak diketahui oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani atau mereka pura-pura bodoh terhadapnya dalam realita mereka, atau dalam keyakinan serta tulisan-tulisan mereka. Islam telah memenuhi kedudukan mulia tersebut, menetapkannya dengan sebaik-baiknya, serta menyempurnakannya. Islam juga bersikap obyektif dalam banyak ayat yang jelas dan mulia. Hanya apa yang ditetapkan Islam itulah yang dapat diterima oleh akal yang sehat, bukan selainnya. (Mauqiful Islam Min ‘Isa ‘alaihissalam, hal. 3)
Sikap yang benar terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam adalah meyakini bahwa beliau adalah Hamba Allah dan Rasul-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala utus beliau kepada Bani Israil, ia tercipta dengan kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lontarkan kepada Maryam, beliau adalah salah satu Ulul ‘Azmi dari kalangan para Rasul, berbagai keistimewaan Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan dengan sebuah kalimat-Nya yang ditujukan kepada Maryam yaitu kata ‘kun’ (jadilah), sehingga jadilah sebuah janin pada perut Maryam, wanita mulia lagi shalihah yang tidak pernah terjamah siapapun. Ia dapat berbicara saat bayinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala beri mukjizat berupa menghidupkan orang mati dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, menyembuhkan orang dari penyakit sopak dan bisu, serta dapat memberi tahu apa yang dimakan oleh orang-orang dan apa yang disimpan di rumah mereka. (Sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran: 45-50)

Atas dasar segala keistimewaan yang ada tersebut maka kita mengimaninya, mencintai, dan menghormatinya. Namun dengan segala keistimewaan yang ada tersebut, beliau tetaplah sebagai manusia yang tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan sehingga tidak boleh dipertuhankan, bukan Tuhan atau Anak Tuhan atau salah satu dari tiga unsur Tuhan.

Sikap ekstrem Nasrani
Orang-orang Nasrani yang mengaku sebagai pengikut Nabi Isa meyakini bahwa Nabi Isa adalah sebagai Tuhan atau Anak Tuhan, atau dia adalah Tuhan anak yang merupakan salah satu dari tiga unsur trinitas, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruhul Qudus. Masing-masing berbeda dari yang lain, akan tetapi ketiganya merupakan Tuhan yang satu.

Keyakinan semacam ini terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam tentu keyakinan ekstrem, yang teramat keliru menurut agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibawa para rasul, termasuk yang dibawa Nabi Isa ‘alaihissalam itu sendiri. Di mana keyakinan semacam ini artinya mendudukkan Nabi Isa ‘alaihissalam bukan pada tempatnya, melebihi posisinya sebagai seorang manusia. Nabi Isa sendiri sangat mengingkari keyakinan ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan:
وَإِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُوْنُ لِي أَنْ أَقُوْلَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلاَ أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلاَّ مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا مَا دُمْتُ فِيْهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيْبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan/sesembahan selain Allah?’.” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: ‘Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu’, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Al-Ma`idah: 116-117)
Ini merupakan salah satu kekafiran dan kesesatan terbesar, karena hal itu merupakan puncak celaan terhadap kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, keagungan serta rububiyah-Nya. Tidak ada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala melainkan makhluk-Nya yang tunduk kepada keagungan dan kebesaran-Nya, serta terbebani beban ibadah kepada-Nya. (Mauqiful Islam Min ‘Isa)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’ dan orang Nasrani berkata: ‘Al-Masih itu putera Allah.’ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيْلَ اعْبُدُوا اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ. لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوا إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُوْلُوْنَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putera Maryam’, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu.’ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: ‘Bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga’, padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (Al-Ma`idah: 72-73)
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا. لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا. تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ اْلأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا. أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا. وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا. إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ إِلاَّ آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
“Dan mereka berkata: ‘Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Rabb Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Rabb Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (Maryam: 88-93)

Dalam Injil-pun terdapat bantahan terhadap aqidah ini. Di mana disebutkan di dalam seluruh kitab Injil bahwa Isa adalah putra Maryam dan menimpanya apa yang menimpa manusia. Di antaranya bahwa ia menjadi ada setelah ketiadaan, butuh makan dan minum, merasa letih dan ia tidur bahkan mati5, serta sifat-sifat kemanusiaan lainnya. (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf hal. 136)
Terdapat pula ucapan-ucapan Nabi Isa ‘alaihissalam dalam Injil bahwa ia adalah seorang Rasul (utusan). Dalam Injil Matius (10/40) Nabi Isa mengatakan: ”Siapa yang menerima kalian berarti ia menerima aku, dan siapa yang menerima aku berarti menerima yang mengutusku.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 136)
Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur`an:
مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُوْلٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيْقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ اْلآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ
“Al-Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang membenarkan, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memerhatikan ayat-ayat Kami itu).” (Al-Ma`idah: 75)
Ia juga mengajak untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disebutkan dalam Injil Matius (4/10) bahwa Nabi Isa mengatakan: “Untuk Rabb sesembahanmu kamu melakukan sujud, dan hanya kepada-Nya kamu beribadah.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 138)

Dalam Injil Yohanes, Al-Masih mengatakan: “Inilah kehidupan yang abadi, yaitu agar mereka tahu bahwa Engkaulah sesembahan yang sesungguhnya, satu-satu-Nya, sedangkan Yesus Al-Masih, dialah yang Engkau utus.” (Dirasat fil Adyan, Su’ud Al-Khalaf, hal. 138)
Ini sesuai dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan tentang Al-Masih bahwa beliau mengatakan:
إِنَّ اللهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوْهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ
“Sesungguhnya Allah, Rabbku dan Rabb kalian, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (Ali ‘Imran: 51)

Sikap tafrith (meremehkan) Kaum Yahudi terhadap Nabi Isa ‘alaihissalam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَاخْتَلَفَ اْلأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ فَوَيْلٌ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (Maryam: 37)
Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan perbedaan pendapat manusia tentang Nabi Isa ‘alaihissalam, padahal telah Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan dengan begitu jelas siapakah sebenarnya beliau. Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan ketika menafsirkan ayat tersebut: “Yakni ucapan Ahlul kitab saling berselisih tentang Nabi Isa setelah kejelasan siapakah sebenarnya beliau dan setelah jelasnya keadaan beliau, bahwa beliau adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala lontarkan kepada Maryam serta roh dari-Nya. Maka sekelompok dari mereka, yaitu mayoritas Yahudi –semoga Allah melaknati mereka– menetapkan bahwa Isa adalah anak zina dan mereka mengatakan bahwa ucapan Isa (ketika bayi) adalah sihir. Sedangkan sekelompok yang lain (sebagian orang Nasrani, pent), mengatakan: ‘Yang bicara itu sesungguhnya hanyalah Allah’, yang lain mengatakan: ‘Bahkan itu anak Allah’, yang lain mengatakan: ‘Itu adalah salah satu dari tiga unsur tuhan (trinitas)’, Yang lain mengatakan: ‘Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya’. Dan itulah kebenaran yang Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbing kaum mukminin kepadanya.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 3/127)
Dalam surat An-Nisa ayat 156 disebutkan:
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًا
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap ‘Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar.”
Ditafsirkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan yang lain bahwa maksudnya adalah orang Yahudi menuduh Maryam berzina.
Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan: “Dan itu sangat nampak dalam ayat, bahwa Yahudi menuduh putra Maryam dan Maryam dengan berbagai tuduhan besar, sehingga menganggap bahwa Maryam adalah pelacur dan mengandung anak hasil zina. Sebagian mereka menambahkan tuduhan bahwa ia melakukan zina dalam keadaan haid. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan pada mereka laknat-Nya yang berturut-turut, sampai hari kiamat.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/574)

Ucapan orang-orang Yahudi itu tentu sangat berlebihan. Sebuah penghinaan yang sangat tidak pantas ditujukan pada manusia umumnya, lebih-lebih kepada seorang Nabi dan Rasul pilihan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dengan berbagai kemuliaan, salah satu dari ulul azmi. Padahal beliau membenarkan kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihissalam untuk kaum Yahudi.
Dalam hal ini, Yahudi berada pada kutub yang sangat berlawanan dengan ucapan orang Nasrani.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah bualan orang Yahudi itu dalam ayat-ayat-Nya mulia:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا. فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا. قَالَتْ إِنِّي أَعُوْذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا. قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُوْلُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلاَمًا زَكِيًّا. قَالَتْ أَنَّى يَكُوْنُ لِي غُلاَمٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا. قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur`an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus malaikat kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.’ Ia (Jibril) berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.’ Maryam berkata: ‘Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!’ Jibril berkata: ‘Demikianlah. Rabbmu berfirman: ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.’ Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Maryam: 16-22)
Sampai pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا. يَا أُخْتَ هَارُوْنَ مَا كَانَ أَبُوْكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا. قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا. وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ ‎وَأَوْصَانِي بِالصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلاَمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوْتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا. ذَلِكَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيْهِ يَمْتَرُوْنَ
“Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina’, maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’ Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (Maryam: 27-34)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan hakikat penciptaan Isa.

Diangkatnya Nabi Isa ‘alaihissalam dan bahwa Beliau belum Wafat
Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam dan mereka berbangga dengan itu. Mereka berkeyakinan bahwa orang yang terbunuh dengan disalib adalah orang yang mendapatkan laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi sungguh aneh dan disayangkan bahwa orang-orang Nasrani pun meyakini kematian Nabi Isa di tiang aslib. Ini semua karena kebodohan mereka akan hakikat apa yang terjadi pada Nabi Isa. Lebih dari itu, mereka meyakini bahwa beliau dengan kematiannya yang tersalib adalah sebagai penebus dosa-dosa anak manusia karena kesalahan Nabi Adam ‘alaihissalam. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah ampuni Adam jauh-jauh hari sebelum lahirnya Isa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
“Kemudian Rabbnya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (Thaha: 122)
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membantah semua itu melalui ayat-ayat-Nya yang mulia:
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيْمًا. وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيْحَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُوْلَ اللهِ وَمَا قَتَلُوْهُ وَمَا صَلَبُوْهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوا فِيْهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوْهُ يَقِيْنًا. بَلْ رَفَعَهُ اللهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا. وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap ‘Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah’, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 156-159)

Di antara pengekor Yahudi dan Nasrani dalam hal kematian Isa adalah aliran Ahmadiyah-Qadyaniyyah yang telah divonis kafir oleh para ulama dan lembaga-lembaga Islam. Mereka meyakini demikian demi mencapai misi mereka, yaitu untuk menyatakan bahwa nanti yang dibangkitkan bukanlah Isa yang sesungguhnya karena ia telah wafat, tapi yang dibangkitkan adalah orang yang serupa Isa. Mereka maksudkan adalah pemimpin mereka yaitu Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadyani. Mereka sempat berdalil dengan beberapa ayat yang dianggap oleh mereka mendukung keyakinan sesat mereka. Akan datang nanti, insya Allah, bantahannya.
Dari keterangan di atas nyatalah bahwa Isa belum meninggal, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala angkat menuju kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyatakan:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِيْنَ. إِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيْسَى إِنِّي مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيْمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya’.” (Ali ‘Imran: 54-55)
Mereka bermakar, yakni hendak membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam dan memadamkan cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara yang menunjukkan bahwa beliau masih hidup adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 159)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa maksudnya adalah beriman dengan Nabi Isa sebelum kematian beliau. (Riwayat Ibnu Jarir rahimahullahu dan sanadnya dishahihkan Ibnu Hajar rahimahullahu. Lihat Fathul Bari, 4/492)
Al-Hasan rahimahullahu mengatakan: “Maksudnya sebelum kematian Isa. Demi Allah, sungguh dia sekarang hidup di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, tapi bila beliau turun nanti semuanya akan beriman.” (Tafsir Ath-Thabari, dinukil dari Asyrathus Sa’ah hal. 346)

Turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam dan Itu Sebagai Tanda Hari Kiamat
Tentang turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam telah disebutkan oleh ayat Al-Qur`an yang sekaligus menunjukkan bahwa itu sebagai salah satu tanda hari kiamat. Di antara dalil yang menunjukkan demikian adalah:
إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيلَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلاَئِكَةً فِي اْلأَرْضِ يَخْلُفُوْنَ. وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلاَ تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيْمٌ
“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar adalah tanda bagi hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf: 59-61)
“Dan sesungguhya Isa itu adalah tanda bagi hari kiamat”, maksudnya adalah bahwa turunnya Isa termasuk tanda-tanda hari kiamat, dan dengan itu diketahui bahwa kiamat sudah dekat. Demikian menurut penafsiran Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Adh-Dhahhak, dan As-Suddi. (Zadul Masir, 7/325, Al-Qurthubi, 16/105). Dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma membacanya dengan لَعَلَمٌ yang berarti tanda.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentang tafsir “Dan sungguh Isa itu adalah tanda bagi hari kiamat’, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
نُزُوْلُ عِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ مِنْ قَبْلِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Itu adalah turunnya Isa bin Maryam sebelum hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Bab Al-Bayan bi anna Nuzul Isa ibni Maryam min A’lamis Sa’ah, 15/228 no. 6817)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا
“Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.” (An-Nisa`: 159)
Telah lewat tafsir Al-Hasan rahimahullahu terhadap ayat ini.
Adapun hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka cukup banyak yang menunjukkan akan turunnya Isa bahkan sampai kepada derajat mutawatir, sebagaimana disebutkan oleh para ulama hadits dan yang lain, seperti Ibnu Jarir, Ath-Thabari, Ibnu Katsir, Shiddiq Hasan Khan, Anwar Syah Al-Kasymiri, Al-Azhim Abadi, Asy-Syaikh Al-Albani6, dan akan kita sebutkan nanti sebagian ucapan mereka. Dan di sini saya akan sebutkan sebagian hadits tersebut.
1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيْكُمُ بْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلاً فَيَكْسِرَ الصَّلِيْبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيْرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيْضَ الْمَالُ حَتَّى لاَ يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُوْنَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا. ثُمَّ يَقُوْلُ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: وَاقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ {وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُوْنُ عَلَيْهِمْ شَهِيْدًا}
“Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, hampir-hampir akan turun di tengah-tengah kalian Ibnu (putra) Maryam, sebagai hakim yang adil. Ia memecahkan salib, membunuh babi, dan meletakkan (tidak memungut, pent.) jizyah, dan harta ketika itu melimpah tidak seorang pun menerimanya, sehingga satu sujud menjadi lebih baik daripada dunia dan apa yang ada padanya.” Abu Hurairah mengatakan: Bacalah bila kalian mau, ayat (artinya): Dan tidaklah seorang pun dari ahlul kitab kecuali akan benar-benar beriman kepadanya sebelum kematiannya, dan di hari kiamat nanti ia akan menjadi saksi bagi mereka.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3264, 3/1272. Bab 50 Nuzul Isa bin Maryam ‘alaihissalam; Muslim no. 155, 1/135 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad. Ini adalah lafadz Al-Bukhari)
2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ بْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
“Bagaimana kalian bila turun putra Maryam di tengah-tengah kalian dan imamnya dari kalian.” (HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab 49 Nuzul Isa ibn Maryam no. 3449; Muslim Kitabul Iman 1/135 no. 390, Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad cet. Darul Ma’rifah)
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ia mengatakan: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلىَ الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمِ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلىَ بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ
“Masih tetap sekelompok dari umatku mereka berperang di atas kebenaran, mereka unggul sampai pada hari kiamat.” Beliau besabda: “Lalu turunlah Isa bin Maryam, lalu pemimpin kaum muslimin mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam kami.’ Maka ia menjawab: ‘Sesungguhnya sebagian kalian pemimpin atas sebagian yang lain sebagai kemuliaan Allah atas umat ini’.” (Shahih, HR. Muslim, 2/368 Bab 71 Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad; Ibnu Hibban, no. 6819, 15/231, Bab Al-Bayan bi Anna Imama Hadzihil Ummah ‘inda Nuzul ‘Isa bin Maryam Yakunu minhum duna an yakuna ‘Isa Imamahm fi Dzalika Az-Zaman)
Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ: مَا تَذَاكَرُوْنَ؟ قَالُوا: نَذْكُرُ السَّاعَةَ. قَالَ: إِنَّهَا لَنْ تَقُوْمَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ؛ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُوْلَ عِيْسَى بْنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَيَأَجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَثَلاَثَةَ خُسُوْفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ
Rasulullah melihat kami dalam keadaan kami sedang saling mengingat, maka beliau mengatakan: “Sedang saling mengingatkan apa kalian? Mereka menjawab bahwa kami sedang saling mengingat hari kiamat. Beliau mengatakan: Kiamat tidak akan bangkit sehingga kalian melihat 10 tanda, lalu beliau menyebut: Asap, dajjal, binatang, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya`juj dan Ma`juj, 3 peristiwa tenggelamnya (suatu daerah, -pent) ke dalam bumi, di daerah barat, di daerah timur, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang muncul dari negeri Yaman yang menggiring manusia ke tempat berkumpulnya mereka.” (Shahih, HR. Muslim, Kitabul Fitan Wa Asyrathus Sa’ah, Bab Fil Ayat Allati Takunu Qabla As-Sa’ah, 18/234 no. 7214. Cet. Darul Ma’rifah. Hadits ini diriwayatkan pula oleh yang lain)

Atas dasar dalil-dalil yang ada maka kaum muslimin bersepakat akan turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam di akhir zaman, sebagaimana keterangan para ulama berikut ini:
Ibnu ‘Athiyyah rahimahullahu mengatakan: “Umat telah berijma’ atas apa yang terkandung dalam hadits yang mutawatir, bahwa Isa hidup di langit dan bahwa ia akan turun di akhir zaman. Lalu ia akan membunuh babi dan memecah salib, membunuh Dajjal, melimpahkan keadilan dan agama akan unggul –yaitu agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan beliau akan haji dan tinggal di bumi selama 24 tahun, dan dikatakan pula selama 40 tahun.” (Tafsir Al-Muharrar Al-Wajiz, 3/143)
As-Safarini rahimahullahu mengatakan: “Umat telah berijma’ akan turunnya Isa dan tidak ada yang menyelisihinya dari ahlu syariah (pengikut syariah). Yang mengingkari hanyalah para filosof dan atheis, yang tidak diperhitungkan penyelisihannya. Dan telah terdapat ijma’ pula bahwa ia turun dan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan dengan syariat yang tersendiri saat turunnya.” (Lawami’ Al-Anwar, 2/94-95)

Diantara yang menukilkan ijma’ juga adalah Al-Munawi rahimahullahu dalam kitabnya Faidhul Qadir. (Lihat Iqamatul Burhan)
Dengan ini, maka hal ini menjadi aqidah muslimin. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Al-Azhim Abadi mengatakan: “Telah mutawatir berita dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal turunnya Isa bin Maryam ‘alaihissalam dari langit dengan jasadnya ke bumi saat mendekati terjadinya kiamat. Dan ini adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.” (‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, 11/457)

Demikian pula kita dapati para ulama yang menuliskan aqidah Ahlus Sunnah, mereka menyebutkan bahwa keyakinan ini sebagai salah satu aqidah Ahlus Sunnah. Sebagai contoh, Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu dalam kitabnya Ushulus Sunnah, Al-Barbahari rahimahullahu dalam kitabnya Syarhus Sunnah, Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullahu dalam kitabnya Maqalat Islamiyyin, Ath-Thahawi rahimahullahu dalam kitabnya ‘Aqidah Thahawiyyah, Ibnu Abi Zaid Al-Qairuwani rahimahullahu dalam Risalah-nya, Abu Ahmad bin Husain Asy-Syafi’i rahimahullahu yang dikenal dengan Ibnul Haddad dalam kitab Aqidah-nya, serta Ibnu Qudamah rahimahullahu dalam Aqidah-nya.

Footnote :
1 Mengapa disebut Al-Masih? Dari kata “Ma-sa-ha” yang artinya menghapus atau mengusap. Ibnul Atsir rahimahullahu menjelaskan: Telah berulang-ulang penyebutan “Al-Masih ‘alaihissalam” dan penyebutan “Al-Masih Ad-Dajjal”. Adapun Isa dinamakan demikian karena beliau tidak pernah mengusap seorang yang cacat kecuali mesti sembuh. Pendapat lain: “Karena telapak kaki beliau tidak cekung”, atau “karena beliau lahir dari ibunya dalam keadaan diusap dengan minyak”, atau “karena beliau mengusap bumi” artinya memotong jarak yang jauh, atau artinya “yang sangat jujur”, atau “Dia dalam bahasa Ibrani disebut ‘Masyih’ lalu diarabkan menjadi ‘Masih’.”
Adapun Dajjal disebut Al-Masih, karena matanya yang satu terhapus, pendapat lain: “yang mengusap bumi artinya yang memotong jarak yang jauh”, “yang fisiknya jelek”. (An-Nihayah, 4/326-327)
2 Shahih, HR. Al-Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
3 Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.
4 Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
5 Demikian tersebut dalam Injil. Adapun kaum muslimin meyakini bahwa beliau belum mati bahkan diangkat menuju kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana akan kami jelaskan dalam pembahasan mendatang, insya Allah.
6 Bisa dilihat nukilan ucapan-ucapan mereka dalam kitab Asyrathus Sa’ah hal. 350-352.

(Sumber : http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=552)

KURIKULUM ( KTSP ) SMKN 11

DAFTAR STANDAR KOMPETENSI
MATA PELAIARAN : Pendidikan Agama Islam
ALOKASI WAKTU : 188 x 45 menit
NO
STANDAR KOMPETENSI
KODE
ALOKASI
WAKTU
KELAS
SEMESTER
1.
(Al Quran) Memahami ayat‑
ayat AI-Qur'an tentang
manusia dan tugasnya sebagai
khalifah di bumi
1
6 x 45 menit
X
1
2.
(Al Quran) Memahami ayat‑
ayat Al-Qur'an tentang
keiklasan dalam beribadah
2
6 x 45 menit
X
1
3.
(Agidah) Meningkatkan
keimanan kepada Allah melalui
pemahaman sifat-sifatNya
dalam Asmaul Husna
3
6 x 45 menu
X
1
4.
(Akhlak) Membiasakan perilaku
terpuji
4

4 x 45 menit
X
1
5.
(Fiqih) Memahami sumber
hokum Islam, hokum taklifi, dan
hikmah ibadah
5
6 x 45 menit
X
1
6.
(Tarikh dan peradaban Islam)
Memahami keteladanan
Rasulullah dalam membina
umat periode Mekkah
6
4 x 45 menit
X
1
7.
(Al Quran) Memahami ayat‑
ayat Al-Qur'an tentang
demokrasi
7
6 x 45 menit
X
2
8.
(Agidah) Meningkatkan
keimanan kepada Malaikat
8
4 x 45 menit
X
2
9.
(Akhlak) Membiasakan perilaku
terpuji
9
6 x 45 menit
X
2
10.
(Akhlaq) Menghindari perilaku
tercela
10
6 x 45 menit
X
2
11.
(Fiqih) Memahami hukum
Islam tentang infaq, zakat, hap
dan wagaf
11
6 x 45 menit
X
2
12.
(Tarikh dan peradaban Islam)
Memahami keteladanan
Rasulullah dalam membina
umat periode Medinah
12
4 x 45 menit
X
2
13.
(Al Quran) Memahami ayat‑
ayat Al-Qur'an tentang
kompetisi dalam kabaikan
13
6 x 45 menit
XI
3
14.
(AI Quran) Memahami ayat‑
ayat AI-Qur'an tentang perintah menyantuni kaum dhu'afa
14
6 x 45 menit
XI
5
15.
(Aqidah) Meningkatkan
keimanan kepada Rasul-rasul
Allah
15
4 x 45 menit
XI
3
16.
( Akhlak) Membiasakan perilaku
terpuji
16
6 x 45 menit
XI
3
17.
(Fiqih) Memahami hukum
Islam tentang mu'amalah
17
6 x 45 menit
XI
3
18.
(Tarikh dan peradaban Islam)
Memahami perkembangan
Islam pada abad pertengahan
18
4 x 45 menit
XI
3
19.
(Al Quran) Memahami ayat‑
ayat AI-Qur'an tentang perintah
menjaga kelestarian
lingkungan hidup
19
4 x 45 menit
XI
3
20.
(Aqidah) Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah
20
6 x 45 menit
XI
4
21.
(Akhlak) Membiasakan perilaku terpuji
21
6 x 45 menit
XI
4
22.
(Akhlaq) Menghindari perilaku tercela
22
6 x 45 menit
XI
4
23.
(Fiqih) Memahami hukum Islam tentang pengurusan jenazah
23
4 x 45 menit
XI
4
24.
(Fiqih) Memahami khutbah, tabliq dan dakwah
24
6 x 45 menit
XI
4
25.
(Tarikh dan peradaban Islam) Memahami perkembangan Islam pada masa mordern
25
2 x 45 menit
XI
4
26.
(Al Quran) Memahami ayat‑ayat
Al-Qur'an tentang anjuran bertoleransi
26
6 x 45 menit
XII
5
27.
(Al Quran) Memahami ayat‑ayat
AI-Qur'an tentang etos kerja
27
6 x 45 menit
XII
5
28.
(Aqidah) Meningkatkan
keimanan kepada Hari Akhir
28
6 x 45 menit
XII
5
29.
(Akhlak) Membiasakan perilaku terpuji
29
4 x 45 menit
XII
5
30.
(Fiqih) Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga
30
6 x 45 menit
XII
5
31.
(Tarikh dan peradaban Islam) Memahami perkembangan Islam di Indonesia
31
6 x 45 menit
XII
5
32.
(Al Quran) Memahami ayat-ayat
Al-Quran tentang pengembangan IPTEK
32
6 x 45 menit
XII
6
33.
(Aqidah) meningkatkan keimanan kepada qadha dan qadar
34
4 x 45 menit
XII
6
34.
(Akhlak) Membiasakan perilaku terpuji
34
4 x 45 menit
XII
6
35.
(Akhlak) Menghindari perilaku tercela
35
4 x 45 menit
XII
6
36.
(Fiqih) Memahami hukum islam tentang waris
36
6 x 45 menit
XII
6
37.
(Tarikh dan peradaban Islam) Memahimi perkembangan islam di dunia
37
4 x 45 menit
XII
6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi
KODE KOMPETENSI : 1. Al-Qur’an
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
1.1
Membaca QS Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12 – 14, Az-Zariat: 56 dan Al-Haj: 5
3
-
-
x
1
1.2
Menyebutkan Arti QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12 – 14, Az-Zariat: 56 dan Al-Haj: 5
2
-
-
X
1
1.3
Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12 – 14, Az-Zariat: 56 dan al-Haj: 5
1
-
-
X
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:
SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standat Kompetensi : Memahami ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugas sebagai kholifah di bumi.
Kompetensi Dasar : Membaca, menyebutkan arti, menampilkan perilaku (Surat al-baqarah: 30, Al-mukminun: 12 – 14, Az-Zariat: 56 dan alhaj: 5)
Kelas/Semester : X/I
Indikator : - Mampu membaca & mengidentifikasi tajwid (Surat Al-Baqarah: 30 Al-Mukminun: 12 – 14, Addzariat: 56 & alhajj:5)
Mampu mengartikan perkata, maksud ayat (surat Al- Baqarah: 30 Al-Mukminun: 12 – 14, Addzariat: 56 & alhaj:5)
Mampu mengidentifikasi perilaku kholifah & mempraktekkannya sesuai dengan (Surat Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12 – 14, Addzariat: 56 & alhajj:5)


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu membaca & mengidentifikasikan tajwid Surat Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12 – 14, Addzariat: 56 & alhajj:5
2.Peserta didik mampu mengartikan perkata & menjelaskan kandungan Surat Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12 – 14, Addzariat: 56 & alhajj:5
3.Peserta didik mampu mengidentifikasikan perilaku sebagai kholifah di bumi, mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang tercermin dalam surat Al-Baqarah: 30
II.Materi Ajar
A.QS. Al-Baqarah: 30
B.QS. Almukminun: 12 – 14
C.QS. Addzariat: 56
D.QS. Al-Hajj:5
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Praktek membaca
Diskusi
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Membaca dengan fasih, mengidentifikasi tajwid Surat Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12 – 14, Addzariat: 56 & alhajj:5
B.Mengartikan perkata, memahami ayat dan mendiskusikan arti dan kandungannya Surat Al-Baqarah: 30, Al-Mukminun: 12 – 14, Addzariat: 56 & alhajj:5
C.Mengidentifikasi, memahami dan mempraktekkan perilaku kholifah di bumi
D.Menunjukkan perilaku kholifah dalam kehidupan
V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
1.Al-Qur’an & terjemahannya
2.Buku PAI kelas x
3.LKS
4.Buku-buku yang relevan
VI.Penilaian
Kuis
Tes tertulis
Tes lisan
Pengamatan
Penugasan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang Keikhlasan dalam beribadah
KODE KOMPETENSI : 2
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
2.1
Membaca QS Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5
3
-
-
x
1
2.2
Menyebutkan Arti QS Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5
2
-
-
X
1
2.3
Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5
1
-
1
X
1






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standat Kompetensi : Memahami ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah
Kompetensi Dasar : Membaca, menyebutkan arti, menampilkan perilaku ikhlas dalam beribadah
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Indikator : - Mampu membaca & mengidentifikasi tajwid (Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5)
Mampu mengartikan perkata, maksud ayat (Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5)
Mampu mengidentifikasikan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan surat Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5
Mampu menerapkan dan mempraktekkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai dengan surat Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik Mampu membaca & mengidentifikasi tajwid yang benar pada surat Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5
2.Peserta didik Mampu mengartikan perkata & menjelaskan kandungan surat Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5
3.Peserta didik Mampu mengidentifikasikan perilaku ikhlas dalam beribadah
4.Peserta didik Mampu mempraktekkan perilaku ikhlas dalam beribadah sesuai surat Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5 dalam kehidupan sehari-hari.
II.Materi Ajar
A.QS. Al-An’am: 162 - 163
B.QS. Al-Bayyinah: 5
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Praktek membaca
Diskusi
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Membaca dengan fasih, mengidentifikasi tajwid surat Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5
B.Memahami perkata, mengartikan dan mendiskusikan arti dan kandungannya surat Al-An’am: 162 – 163 dan Al-Bayyinah: 5
C.Mengidentifikasi, memahami dan mempraktekkan perilaku perilaku ikhlas dalam beribadah
D.Menunjukkan perilaku ikhlas dalam beribadah
V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
5.Al-Qur’an & terjemahannya
6.Buku PAI kelas x
7.LKS
8.Buku-buku yang relevan
VI.Penilaian
Kuis
Tes tertulis
Tes lisan
Pengamatan
Penugasan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam Asmaul Husna
KODE KOMPETENSI : 2
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
3.1
Menyebutkan 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
2
-
-
x
1
3.2
Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
2
-
-
X
1
3.3
Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna
2
-
-
X
1






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

Penilaian
Kuis
Tes tertulis
Tes lisan
Pengamatan
Penugasan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan perilaku terpuji
KODE KOMPETENSI : 4
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
4.1
Menyebutkan pengertian perilaku husnudzon
3
-
-
x
1
4.2
Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnudzon terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia
2
-
-
X
1
4.3
Membiasakan perilaku husnudzon dalam kehidupan sehari-hari
1
-
-
X
1






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standat Kompetensi : Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar : - Menyebutkan pengertian perilaku husnudzon & contohnya terhadap Allah,diri sendiri dan sesama manusia
- Membiasakan perilaku husnudzon dalam kehidupan sehari-hari
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 8 x 45 menit
Indikator : - Mampu menyebutkan pengertian husnizhon terhadap Allah, dirisendiri dan semua manusia
- Mampu menyebutkan contoh husnudzon terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia.

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu memahami makna husnudzon terhadap Allah diri sendiri dan sesama manusia
2.peserta didik dapat memberikan contoh husnudzon terhadap Allah, diri sendiri dan sesama manusia
3.Peserta didik membiasakan husnudzon dalam kehidupan sehari-hari
II.Materi Ajar
A.Husnudzon dan perilaku husnudzon
B.Contoh perilaku husnudzon
C.Perilaku husnudzon dalam kehidupan sehari-hari
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
Penugasan
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Mendiskusikan pengertian perilaku husnudzon
B.Mengidentifikasikan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan husnudzon
C.Memberi tugas setiap siswa untuk memberikan contoh husnudzon kepada Allah, diri sendiri dan sesama manusia
D.Mempraktekkan amalan husnudzon
E.Tanya jawab
V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
1.Al-Qur’an & terjemahannya
2.Al-Hadits
3.Buku PAI kelas X
4.LKS
VI.Penilaian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
Tugas kelompok
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami sumber hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah ibadah
KODE KOMPETENSI : 5
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
5.1
Menyebutkan Pengertian, Kedudukan Dan Fungsi Al Qur’an, Al-Hadits, Dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
2
-
-
x
1
5.2
Menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam
2
-
-
X
1
5.3
Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah
1
-
-
X
1
5.4
Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari
1
-
-
X
1






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:
SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standat Kompetensi : Memahami sumber hukum Islam, hukum taklifu dan hikmah ibadah
Kompetensi Dasar : - Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Qur’an, Al-Hadits, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Indikator : - Mampu menyebutkan pengertian , kedudukan, fungsi Al-Qur’an, Al-Hadits dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
Menjelaskan hukum taklifi (pengertian,kedudukan dan fungsi hukum Islam)
Mampu menjelaskan pengertian ibadah dan menunjukkan contoh perilaku

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
2.Peserta didik mampumenjelaskan hukum taklifi dalam hukum Islam
3.Peserta didik mampu memberikan contoh-contoh ibadah yang sesuai dengan hukum Islam
II.Materi Ajar
A.Sumber hukum Islam Al-Qur’an, Al-Hadits dan Ijtihad
B.Hukum taklifi (Pengertian, kedudukan, fungsi)
C.Hukum ibadah
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
Penugasan
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Menjelaskan kepada siswa tentang pengertia Al-Qur’an,Al-Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum
B.Menjelaskan pengertian hukum taklifi dan kedudukannya dalam hukum Islam
C.Menugaskan siswa untuk mencari contoh hukum islam yan ada dalam Al-Qur’an
D.Tanya jawab sebagai pendalaman materi
E.Memberikan tugas mandiri
V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Sumber belajar : - Al-Qur’an dan terjemahannya
Buku PAI kelas X
Buku, hadits yang relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) memahami keteladanan Rasulullah dlam membina umat periode Mekah
KODE KOMPETENSI : 6
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
6.1
Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Mekah
2
-
-
x
1
6.2
Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Mekah
2
-
-
X
1






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standat Kompetensi : Memahami keteladanan Rasulullah SAW dalam membina umat periode Mekah
Kompetensi Dasar : Menceritakan dan mendiskusikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Mekah
Kelas/Semester : X/3
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Indikator : - Mampu menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW dan pengaruhya terhadap umat
Mampu menunjukkan leteladanan yang dapat diambil cara dakwah Nabi
Mampu menjelaskan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Mekah

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu menceritakan ssejarah dakwah Nabi dan pengaruhnya terhadap umat
2.Peserta didik mampu menunjukkan keteladanan nabi dalam berdakwah dan menjelaskan substansi, strategi dakwah Rasulullah
II.Materi Ajar
1.Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah
2.Substansi dan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya jawab
Penugasan
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Mengumpulkan kisah dakwah Rasulullah SAW periode Mekah
B.Bercerita garis besar kepada siswa tentang dakwah Rasulullah periode Mekah
C.Membuat kelompok kecil untk mendiskusikan masalah dakwah
D.Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
E.Guru meluruskan pendapat siswa yang kurang benar dalam presentasi

V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Sumber belajar : - Buku PAI kelas X
Surah Nabawiyah
Buku lain yang relevan
Peta jazirah Nabi
VI.Penilaian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Al-Qur’an) Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang demokrasi
KODE KOMPETENSI : 7
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
7.1
Membaca QS Ali Imran: 159 dan QS Asy-Syura: 38
2
-
-
X
2
7.2
Menyebutkan arti QS Ali Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38
2
-
-
X
2
7.3
Menampilkan perilaku hidup demokrasi seperti terkandung dalam QS Ali Imran: 159 dan QS Asy-Syura: 38 dalam kehidupan sehari-hari
2
-
-
X
2






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standat Kompetensi : Memahami ayat-ayat AI-Qur'an tentang Demokrasi
Kompetensi Dasar : Membaca, menyebutkan arti, menyimpulkan kandungan dan menampilkan perilaku demokrasi. Q.S AI-Imron : 159 dan Q.S Asy-Ssyuro : 38
Kelas/Semester : X/3
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Indikator : - Mampu membaca, menyebutkan arti, menyimpulkan isi kandungan dan mengidentifikasi ciri-ciri orang demokratis sesuai surat AI-Imron : 159 dan Asysyuro : 38
- Mampu menunjukan perilaku yang demokratis dan manfaatnya dalam kehidupan masyarakat

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu membaca dengan kaidah tajwid yang benar dan mengetahui arti perkata
2.Peserta didik mampu menyimpulkan kandungan surat AI-Imron : 159
3.Peserta didik mampu menunjukan perilaku yang demokratis dalam kehidupan bermasyarakat
II.Materi Ajar
1.Q.S AI-Imron : 159
2.Q.S Asy-Syuro : 38
III.Metode Pembelajaran Cara mah
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
A.Membaca dengan fasih, mengidentifikasi tajwid Surat AI-Imron : 159, Asy-Syuro : 38
B.Mengartikan perkata, memahami ayat dan mendiskusikan arti dan kandungan Surat Al-Imron : 159 dan Asy-Syuro : 38

V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Sumter Belajar : - AI-Qur'an dan terjemahnya
- Buku P A I kelas X
- Buku lain yang relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan keimanan kepada Malaikat
KODE KOMPETENSI : 8
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
8.1
Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada malaikat
2
-
-
X
2
8.2
Menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada malaikat
1
-
-
X
2
8.3
Menampilkan perilaku sebagai cerminan beriman kepada malaikat dalam kehidupan sehari-hari
1
-
-
X
2






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standat Kompetensi : Meningkatkan keimanan kepada malaikat
Kompetensi Dasar : Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Indik`ator : - Mampu menjelaskan beriman kepada Malaikat dan tanda-tandanya
- Mampu menampilkan contoh perilaku beriman kepada Malaikat
- Mampu membedakan orang beriman dan tidak beriman kepada Malaikat

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu menjelaskan pengertian iman kepada Malaikat dengan tanda­tandanya
2.Peserta didik mampu menjelaskan contoh perilaku beriman. kepada malaikat
3.Peserta didik mampu menampilkan perilaku mulia sebagai cerminan iman kepada malaikat
II.Materi Ajar
1.Beriman kepada malaikat dan tanda-tanda beriman kepada malaikat
2.Contoh-contoh perilaku beriman kepada malaikat
3.Perilaku yang mencerminkan beriman kepada malaikat
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Guru menjelaskan pengertian beriman kepada malaikat dan tanda-tandanya
B.Siswa diberikan tugas untuk mencari contoh perilaku beriman kepada malaikat
C.Siswa dibentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan perilaku yang merupakan cerminan dari beriman kepada malaikat
D.Guru membantu` menyimpulkan basil diskusi
V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Sumber Belajar : - AI-Qur'an dan terjemahnya
- Buku P A I kelas X
- Buku lain yang relevan

VI.Penilaian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan perilaku terpuji
KODE KOMPETENSI : 9
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
9.1
Menjelaskan Pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu
2
-
-
X
2
9.2
Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu
2
-
-
X
2
9.3
Mempraktekkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu
2
-
-
X
2






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:
SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidkan Agama Isalm
Standar Kompetensi : Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar : - Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu serta menampilkan contoh-contohnya
- Mempraktekan adab yang Islam (berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu)
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Indikator : - Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias perjalanan, bertamu dan menerima tamu dan mampu menunjukan contoh-contohnya
- Mampu mempraktekan perilaku yang baik dan benar daiam berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu


I.Tujuan. Pembelajaran
1.Peserta didik mampu menjelaskan penegrtian adab dalam perjalanan, berhias, berpakaian, bertamu dan menerima tamu
2.Peserta didik mampu menunjukan contoh adab dalam dalam berpakaian, berhias, perjalanan bertamu dan menerima tamu
3.Peserta didik mampu mempraktekan perilaku yang baik dan benar dalam berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
II.Materi Ajar
1.Penegrtian adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
2.Contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
3.Praktek adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Diskusi
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Menerangkan penegrtian adab yang islami dalam berpakaian, berhias, perjalanan, menerima tamu dan bertamu
B.Menampilkan contoh-contoh adab dalam perjalanan, berhias, berpakaian, bertamu dan menerima tamu.
C.Mempraktekan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, menerima tamu dan bertamu
D.Tanya jawab materi ajar
V.Alat/Bahan/Sumter Betajar
Sumber Belajar : - Al-Qur'an dan terjemahnya
Buku P A I kelas X
Buku lain yang relevan
Buku Aqidah Akhlak
VI.Penilaian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Menghindari perilaku tercela
KODE KOMPETENSI : 10
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
10.1
Menjelaskan pengertian hasud, riya, aniaya dan diskriminasi
2
-
-
X
2
10.2
Menyebutkan contoh perilaku hasud, riya, aniaya dan diskriminasi
2
-
-
X
2
10.3
Menghindari perilaku hasud, riya, aniaya dan diskriminasi
2
-
-
X
2






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidkan Agama Isalm
Standar Kompetensi : Menghindari perilaku tercela
Kompetensi Dasar : - Menjelaskan pengertian hasud, riya, aniaya, dan diskriminasi dan menyebutkan contoh-contohnya. perjalanan, bertamu dan menerima tamu serta menampilkan contoh-contohnya
- Menghindari perilaku hasud, riya, aniaya, dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Indikator : - Mampu menjelaskan pengertian hasud, riya, aniaya dan diskriminasi dan menyebutkan contoh-contohnya.
- Mampu menghindari perilaku hasud, riya, aniaya, dan diskriminasi

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu menjelaskan pengertian hasud, riya, aniaya dan diskriminasi dan neyebutkan contoh-contohnya dalam berprilaku sehari-hari
2.Peserta didik mampu menghindari perilaku hasud, riya, aniaya dan diskriminasi dengan penuh kesadaran tampa paksaan.
II.Materi Ajar
1.Beberapa perilaku tercela yang meliputi pengertian hasud, riya, aniaya dan diskriminasi
2.Contoh-contoh perilaku tercela
3.Cara menghindari perilaku tercela
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya lawab
Diskusi
Penugasan
IV.Lanykah-langkah Pembelajaran
A.Menjelaskan pengertian hasud, riya, aniaya, dan diskriminasi
B.Membuat kelompok sisiwa untuk berdiskusi tentang akglak tercela
C.Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
D.Guru meluruskan pemahaman siswa tentang perilaku tercela
E.Penugasan guru kepada siswa
V.Alat/Rahan/Surnber Belajar
Sumber Beiajar : - Al-Qur'an dan terjemahnya
- Buku P A I kelas X
- Buku lain yang relevan
- Buku tentang Akhlak yang tercela
VI.Penilaian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami hukum Islamtentang infaq, zakat,haji wakah
KODE KOMPETENSI : 11
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
11.1
Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infaq, zakat, haji dan wakaf
3
-
-
X
2
11.2
Menjelaskan contoh-contoh pengelolaan infaq, zakat, haji dan wakaf
2
-
-
X
2
11.3
Menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan infaq, zakat, haji dan wakaf
1
-
-
X
2






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:
SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidkan Agama Isalm
Standar Kompetensi : Memahami humum Islam tentang infak, zakat, haji dan wakaf
Kompetensi Dasar : - Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelo!aan infak, zakat, haji, dan wakaf dan menyebutkan contoh­contohnya
- Menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan infak, zakat, haji dan wakaf.
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
Indikator : - Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infak, zakat, haji dan wakaf
- Mampu menyebutkan contoh pengelolaan zakat dan infak, haji dan wakaf
- Mampu menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang infak, zakat, haji, dan wakaf


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan infak, zakat, haji, wakaf
2.Peserta didik mampu menyebutkan contoh pengelolaan zakat, infak, haji dan wakaf
3.Peserta didik mampu mempraktekan ketentuan perundang-undangan tentang infak, zakat, haji dan wakaf

II.Materi Ajar
1.Perundang-undangan tentang infak, zakat, haji dan wakaf
2.Contoh-contoh pengelolaan infak, zakat, haji dan wakaf
3.Ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan infak, zakat, haji dan wakaf

III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya3awab
Diskusi

IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Guru menjelaskan pengertian perundang-undangan tentang zakat, infak, haji dan wakaf
B.Kelompok diskusi siswa tentang pengelolaan zakat, infaks, haji dan wakaf
C.Siswa menyimpulkan hasil diskusi dan diluruskan oleh guru
D.Tanya jawab
V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Sumber Belajar : – AI-Qur'an dan terjemahnya
Baku P A I keias X
Buku lain yang relevan
Buku Aqidah Akhlak
Panduan manasik haji
Buku undang-undang tentang zakat dan vvakaf
Internet
VI.Penilaian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami keteladanan Rasulullah dalam membina umat periode Madinah
KODE KOMPETENSI : 12
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
12.1
Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
2
-
-
X
2
12.2
Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
2
-
-
X
2






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standat Kompetensi : Memahami keteladanan Rasulullah SAW dalam membina umat periode Madinah
Kompetensi Dasar : Menceritakan dan mendiskusikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Indikator : - Mampu menunjukan koleksi kisah perjuangan Rosulallah SAW periode Madinah
- Mampu menjelaskan latar belakang hijrah Rosulallah ke Madinah
- Menjelaskan strategi dakwah Rosulallah SAW dan meneladaninya


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu menunjukan kisah-kisah perjuangan Rosulallah SAW pada periode Madinah
2.Peserta didik rnampu menjelaskan latar belakang hijrah Rosulallah ke Madinah dan mempelajari strateginya
3.Peserta didik rnampu rneneladani Rosulallah SAW dalam berdakwah di Madinah
II.Materi Ajar
1.Sejarah dakwah Rosulallah SAW periode Madinah
2.Substansi dan strategi dakwah Rosulallah SAW periode Madinah
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Diskusi
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Guru bercerita sejarah perjuangan Rosulallah SAW pada periode Madinah
B.Membentuk kelompok diskusi siswa
C.Presentasi hasil diskusi
D.Meneladani substansi dan strategi dakwah Rosulallah SAW
V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Sumber Belajar : - Al-Qur'an dan terjemahnya
- Buku P A I kelas X
- Buku lain yang relevan
- Buku Aqidah Akhlak

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Al-Qur’an) Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan
KODE KOMPETENSI : 13
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
13.1
Membaca QS Al-Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
3
-
-
XI
1
13.2
Menyebutkan arti QS Al-Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
1
-
-
XI
1
13.3
Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al-Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32
2
-
-
XI
1






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidkan Agama Isalm
Standar Kompetensi : (Al Qur'an) Memahami ayat-ayat Alqur'an tentang kompetisi dalam kebaikan
Kompetensi Dasar : - Membaca Qur'an Surat AI-Baqarah : 148 dan QS. Fatir : 32
- Menjelaskan arti QS. Al-Baqarah : 148 dan QS Fatir : 32
- Menampilakan perilaku berkompetensi dalam kebaikan seperti yang terkandung dalam QS. Albaqarah : 148 dan QS. Fatir : 32
Kelas/Semester : X/I
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Indikator : - Mampu menunjukan koleksi kisah perjuangan Rosulallah SAW periode Madinah
- Mampu menjelaskan latar belakang hijrah Rosulallah ke Madinah
- Menjelaskan strategi dakwah Rosulallah SAW dan meneladaninya


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik mampu menunjukan kisah-kisah perjuangan Rosulallah SAW pada periode Madinah
2.Peserta didik mampu menjelaskan latar belakang hijrah Rosulallah ke Madinah dan mempelajari strateginya
3.Peserta didik mampu meneladani Rosulallah SAW dalam berdakwah di Madinah
II.Materi Ajar
1.Sejarah dakwah Rosulallah SAW periode Madinah
2.Substansi dan strategi dakwah Rosulallah SAW periode Madinah
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Diskusi

IV.Langkah-langkah Pembelajaran
A.Guru bercerita sejarah perjuangan Rosulallah SAW pada periode Madinah
B.Membentuk kekxnpok diskusi siswa
C.Presentasi hash diskusi
D.Meneladani substansi dan strategi dakwah Rosulallah SAW
V.Alat/Bahan/Sumber Belajar
Sumber Belajar : - AI-Qur'an dan terjemahnya
- Buku P A I kelas X
- Buku lain yang relevan
- Buku Agidah Akhlak
VI.Penelitian
Tes tertulis
Penugasan
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Al-Qur’an) Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perintah menyantuni kaum dhu’afa
KODE KOMPETENSI : 14
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
14.1
Membaca QS Al-Isra: 26 – 27 dan Al-Baqarah: 177
3
-
-
XI
1
14.2
Menjelaskan arti QS Al Isra’: 26 – 27 dan Al-Baqarah: 177
1
-
-
XI
1
14.3
Menampilkan perilaku menyantuni kaum dhu’afa seperti terkandung dalam QS Al Isra’: 26 – 27 dan Al-Baqarah: 177
2
-
-
XI
1






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah
KODE KOMPETENSI : 15
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
15.1
Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah
2
-
-
XI
1
15.2
Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah
1
-
-
XI
1
15.3
Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah
1
-
-
XI
1






Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan perilaku terpuji
KODE KOMPETENSI : 16
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
16.1
Menyebutkan pengertian taubat dan raja’
2
-
-
XI
1
16.2
Menyebutkan contoh-contoh perilakutaubat dan raja’
2
-
-
XI
1
16.3
Membiasakan perilaku bertaubat dan raja’ dalam kehidupan sehari-hari
2
-
-
XI
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami hukum islam tentang mu’amalah
KODE KOMPETENSI : 17
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
17.1
Menjelaskan tentang asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam
2
-
-
XI
1
17.2
Memberikan contoh transaksi ekonomi dalam Islam
2
-
-
XI
1
17.3
Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari
2
-
-
XI
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami perkembangan Islam pada abad pertengahan
KODE KOMPETENSI : 18
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
18.1
Menjelaskan perkembangan Islam pada abad pertengahan
2
-
-
XI
1
18.2
Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan islam pada abad pertengahan
2
-
-
XI
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Al-Qur’an) Memahami ayt-ayat Al-Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup
KODE KOMPETENSI : 19
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
19.1
Membaca QS Ar Rum: 41 – 42, QS Al-A’raf: 56 – 58, dan QS Ash Shad: 27
3
-
-
XI
2
19.2
Menyebutkan arti QS Ar Rum: 41 – 42, QS Al-A’raf: 56 – 58, dan QS Ash Shad: 27
2
-
-
XI
2
19.3
Membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup seperti terkandung dalam QS Ar Rum: 41 – 42, QS Al-A’raf: 56 – 58, dan QS Ash Shad: 27
1
-
-
XI
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami ayat-ayat Al-Qur'an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup
Kompetensi Dasar :
1.Membaca QS. Ar - Rum: 41 - 42, QS. Al -- A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27
2.Menjelaskan Arti QS. Ar - Rum: 41 - 42, QS. A: - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27
3.Membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup seperti terkandung dalam Ar - Rurn: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27
Kelas/Semester : XI/2
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Indicator :
Mampu membaca Al-Qur'an Surat Ar - Rum: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27 dengan baik dan benar.
Mampu mengideetifikasi tajwid Al-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27 dengan benar.
Mampu mengartikan setiap kata yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27.
Mampu mengartikan ayat Al-Qur'an surat Ar, - Rum: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27.
Mampu Menterjemahkan AI-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27.
Mampu dapat mengindetifikasi perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Mampu mempraktekkan perilaku yang rnenunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Mampu rnenunjukkan perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
I.Tujuan Pembelajaran
1.Memahami ayat-ayat Al-Qur'an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup
2.Peserta didik dapat membaca Al-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, QS. Al -- A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27 dengan back dan benar.
3.Peserta didik dapat mengidentifikasi tajwid Al-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27 dengan benar.
4.Peserta didik dapat mengartikan setiap kata yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27.
5.Peserta didik dapat mengartikan ayat AI-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, QS. Al - A'raf: 56-58, dan QS. Ash Shad: 27.
6.Peserta didik dapat mengindetifikasi perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup.
7.Peserta didik dapat mempraktekkan perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
II.Materi Ajar
QS. Ar Rum: 41-42
QS. Al - A'raf: 56-58
QS. Ash Shad: 27
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi kelompok
Studi pustaka
IV.Langkah - Langkah Pembelajaran
Membaca AI-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, Qs. Al - A'raf: 56-58, dan Qs. Ash Shad: 27
Mengidentifikasi tajwid AI-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, Qs. Al - A'raf: 56-58, dan Qs. Ash Shad: 27
Mengartikan setiap kata yang terdapat dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum: 41-42, Qs. Al - A'raf: 56-58, dan Qs. Ash Shad: 27
Mengartikan ayat Al-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, Qs. Al - A'raf: 56-58, dan Qs. Ash Shad: 27.
Mendiskusikan terjemahan AI-Qur'an surat Ar - Rum: 41-42, Qs. Al-A'raf: 56-58, dan Qs. Ash Shad: 27.
Mengidentifikasi perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Mempraktikkan perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Menunjukkan perilaku yang menunjukkan menjaga kelestarian iingkungan hidup.
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Qur’an dan terjemah
Buku PAI kelas XI
Buku-buku relevan
Modul
VI.Penilaian
Tes Tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab Allah
KODE KOMPETENSI : 20
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
20.1
Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Kitab-kitab Allah
2
-
-
XI
2
20.2
Menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah
2
-
-
XI
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Math Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah
Kompetensi Dasar :
1.Menampiikan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap kitab-kitab Allah
2.Menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah
Kelas/ Semester : XI/ 2
Alokasi waktu : 4 x 45 menit Indikator
Menjelaskan pengertian irnan kepada kitab-kitab Allah
Menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah
2.Peserta didik dapat rnenjelaskan fungsi iman kepada kitab-kitab Allah
3.Peserta didik dapat menunjukan perilaku iman kepada kitab-kiatab Allah
4.Peserta didik dapat menjelaskan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah
5.Peserta didik dapat menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah
II.Materi Ajar
Iman kepada kitab-kitab Allah
Fungsi iman kepada kitab-kitab Allah
Hikmah beriman kepada kitab Allah
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi kelompok
IV.Langkah — Langkah Pembelajaran
Menjelaskan pengertian iman kepada kitab-kitab Allah
Mendiskusikan fungsi iman kepada kitab-kitab Allah
Memberikan contoh perilaku yang mencerminkan keirnanan terhadap kitab­kitab Allah
Mendiskusikan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah
Menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Qur’an dan terjemah
Buku PAI kelas XI
Buku-buku relevan
Modul
VI.Penilaian
Tes Tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan perilaku terpuji
KODE KOMPETENSI : 21
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
21.1
Menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain
2
-
-
XI
2
21.2
Menampilkan contoh-contoh perilaku menghargai karya orang lain
1
-
-
XI
2
21.3
Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam kehidupan sehari-hari
1
-
-
XI
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Membiasakan Perilaku Terpuji
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain
2.Menampilakan contoh perilaku menghargai karya orang lain
3.Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam kehidupan
Kelas/ Semester : XI/ 2
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya orang lain.
Mampu menghargai karya orang lain
Mampu menampilakan beberapa contoh perilaku yang menghargai karya orang lain
Mampu menunjukkan contoh perilaku menghargai karya orang lain.
Mampu menunjukkan perilaku menghargai karya orang lain
Mampu membiasakan perilaku menghargai karya orang lain.

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat membiasakan berperilaku terpuji
2.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian, maksud menghargai karya orang lain
3.Peserta didik dapat menampilkan contoh perilaku menghargai karya orang lain
4.Peserta didik dapat membiasakan perilaku rnenghargai karya orang lain.
II.Materi Ajar
Menghargai karya orang lain
Contoh perilaku yang menghargai orang lain
Pembiasaan perilaku yang menghargai karya orang lain.
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi kelompok
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
Menjelaskan pengertian membiasakan perilaku terpuji
Menjelaskan pengertian clan maksud menghargai karya orang lain dalam diskusi kelornpok
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang pengertian dan maksud menghargai karya lain
Mempraktikkan contoh perilaku yang menghargai karya orang lain
Menunjukkan contoh perilaku menghargai karya orang lain
Menunjukkan perilaku menghargai karya orang lain
Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam pembelajaran
V.Alat./ Bahan / Sumber Belajar
Al - Qur'an .dan terjernah
Buku PAI kelas XI
Buku – buku relevan
Modul
VI.Penitaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Menghindari perilaku tercela
KODE KOMPETENSI : 22
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
22.1
Menjelaskan pengertian dosa besar
2
-
-
XI
2
22.2
Menyebutkan contoh perbuatan dosa besar
2
-
-
XI
2
22.3
Menghindari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari
2
-
-
XI
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Meghindari perilaku tercela
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan pengertian dosa besar
2.Menyebutkan contoh perbuatan dosa besar
3.Menghindari perbuatan dosa besar daiam kehidupan sehari­hari
Kelas/ Semester : XI/ I
Alokasi waktu : 4 x.45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan pengertian dosa
Mampu menjelaskan pengertian dosa besar
Mampu menyebutkan beberapa contoh perbuatan dosa besar
Mampu menyebutkan ciri-ciri perbuatan yang termasuk dosa besar
Mampu menjelaskan cara-cara menghindari perbuatan dosa besar
Mampu menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-hari


I.Tujuan Pembelajaran
1.Memahami dan menghindari periiaku tercela
2.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian dosa
3.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian dosa besar
4.Peserta didik dapat menyebutkan contoh perbuatan dosa besar
5.Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri perbuatan dosa besar
6.Peserta didik dapar menjelaskan cara menghindari dari perbuatan dcsa besar
7.Peserta didik dapat menghindari diri dari perbuatan dosa besar daiam kehidupan sehari-hari
II.Materi Ajar
Dosa-dosa besar
Pengertian dosa
Contoh perbuatan dosa besar
Cara menghindari diri dari perbuatan dosa besar daiam kehidupan sehari-hari
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi kelompok
Studi pustaka
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
Menjelaskan pengertian dosa
Mendiskusikan pengertian dosa besar
Mendiskusikan contoh-contoh perbuatan dosa besar
Mendiskusikan ciri-ciri perbuatan yang termasuk dosa besar
Mendiskusikan cara-cara menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar
Mempraktikkan cara-cara menghindari perbuatan dosa besar
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Qur'an dan terjemah
Al-Hadist karangan Imam Bukhori
Buku PAI kelas XI
Buku-buku relevan
Modul
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami hukum Islam tentang pengurusan jenazah
KODE KOMPETENSI : 23
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
23.1
Menjelaskan tata cara pengurusan jenazah
2
-
-
XI
2
23.2
Memperagakan tata cara pengurusan jenazah
-
2(4)
-
XI
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami ketentuan hukum Islam tentang pengurusan jenazah
Kompetensi Dasar : 23
1.Menjelaskan tatacara pengurus jenazah
2.Memperagakan tatacara pengurusan jenazah
Kelas/ Semester : XI/ 2
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan tatacara memandikan jenazah
Mampu menjelaskan tatacara mengkhafani jenazah
Mampu menjelaskan tatacara menshalatkan jenazah
Mampu menjelaskan tatacara mengkuburkan jenazah
Mampu memperagakan tatacara memandikan jenazah
Mampu memperagakan tatacara mengkhafani jenazah
Mampu memperagakan tatacara menshalatkan jenazah
Mampu memperagakan tatacara mengkuburkan jenazah

I.Tujuan Pembelajaran
1.Memahami ketentuan hukum islam tentang pengurusan jenazah
2.Peserta didik dapat menjelaskan tatacara memandikan jenazah
3.Peserta didik dapat menjelaskan tatacara mengkhafani jenazah
4.Peserta didik dapat menjelaskan tatacara menshalatkan jenazah
5.Peserta didik dapat menjelaskan tatacara mengkuburkan jenazah
6.Peserta didik dapat memperagakan tatacara memandikan jenazah
7.Peserta didik dapat memperagakan tatacara mengkhafani jenazah
8.Peserta didik dapat memperagakan tatacara menshalatkan jenazah
9.Peserta didik dapat memperagakan tatacara mengkuburkan jenazah
II.Materi Ajar
Tatacara pengurusan jenazah
Memandikan
Mengkahfani
Menshalatkan
Mengkuburkan
Praktek tatacara pengurusan jenazah
Memandikan
Mengkahfani
Menshalatkan
Mengkuburkan

III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya ]awab
Penugasan
Latihan praktek
Simulasi/ Peragaan

IV.Langkah — Langkah Pembelajaran
Menjelaskan tatacara pengurusan jenazah
Mendiskusikan tatacara memandikan jenazah
Mendiskusikan tatacara mengkhafani jenazah
Mendiskusikan tatacara meshalatkan jenazah
Mendiskusikan tatacara mengkuburkan jenazah
Mempraktikkan tatacara memandikan jenazah
Mempraktikkan tatacara mengkhafani jenazah
Mempraktikkan tatacara meshalatkan jenazah
Mempraktikkan tatacara mengkuburkan jenazah
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Boneka
Kain khafan, Keranda
Alat-alat mandi
Al-Qur'an dan terjemah
Buku PAI kelas XI
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
Unjuk kerja
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami khutbah, tabligh dan dakwah
KODE KOMPETENSI : 24
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
24.1
Menjelaskan pengertian khutbah, tabligh dan dakwah
2
-
-
XI
2
24.2
Menjelaskan tatacara khutbah, tabligh dan dakwah
2
-
-
XI
2
24.3
Memperagakan khutbah, tabligh dan dakwah
2
-
-
XI
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Math Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memaham; Khutbah, Tabligh dan Dakwah
Kompetensi Dasar : 24
1.Menjelaskan pengertian Khutbah, Tabligh dan Dakwah
2.Menjelaskan tatacara Khutbah, Tabligh dan Dakwah
3.Memperagakan Khutbah, Tabligh dan Dakwah
Kelas/ Semester : XI/ 2
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan pengertian khutbah
Mampu menjelaskan pengertian tabligh
Mampu menjelaskan pengertian dakwah
Mampu menjelaskan tatacara khutbah yang baik
Mampu menjelaskan tatacara tabligh yang baik
Mampu menjelaskan tatacara dakwah yang baik
Mamapu menyusun teks khutbah jumat dan dakwah
Mampu memperagakan khutbah
Mampu memperagakan tabligh
Mampu memperagakan dakwah

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian khutbah
2.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian tabligh
3.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian dakwah
4.Peserta didik dapat menjelaskan tatacara khutbah yang baik
5.Peserta didik dapat menjelaskan tatacara tabligh yang baik
6.Peserta didik dapat menjelaskan tatacara dakwah yang baik
7.Peserta didik dapat menyusun teks khutbah dan dakwah
8.Peserta didik dapat menperagakan khutbah
9.Peserta didik dapat menperagakan tabligh
10.Peserta didik dapat menperagakan dakwah


II.Mated Ajar
Pengertian : Khutbah, Tabligh dan Dakwah
Tata cara : Khutbah, Tabligh dan Dakwah
Peragaan : Khutbah, Tabligh dan Dakwah
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Latihan/ Praktek
Studi Pustaka
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
Menjelaskan pengertian khutbah, tabligh dan dakwah
Mendiskusikan pengertian khutbah
Mendiskusikan pengertian tabligh
Mendiskusikan pengertian dakwah
Mendiskusikan tatacara khutbah
Mendiskusikan tatacara tabligh
Mendiskusikan tatacara dakwah
Menyusun teks khutbah dan dakwah
Memperagakan khutbah
Memperagakan tabligh
Memperagakan dakwah
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Qur'an dan terjemah
Modul PAI
Buku PAI kelas XI
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
Laporan makalah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami perkembangan Islam pada masa modern
KODE KOMPETENSI : 25
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
25.1
Menjelaskan perkembangan Islam pada masa modern
1
-
-
XI
2
25.2
Menunjukkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada masa modern
1
-
-
XI
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Math Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami perkembangan Islam pada masa modern
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan perkembangan Islam pada masa modern
2.Menunjukkan contoh peristiwa perkembangan Islam masa modern
Kelas/ Semester : XI/ 2
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan perkembangan islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada masa modern
Mampu menjelaskan manfaat dari sejarah perkembangan islam pada masa modern
Mampu menyebutkan beberapa contoh peristiwa perkembangan islam pada masa modern
Mampu menjelaskan manfaat dari contoh peristiwa perkembangan islam pada masa modern
I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan perkembangan islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada masa modern
2.Peserta didik dapat menjelaskan manfaat dari sejarah perkembangan islam pada masa modern
3.Peserta didik dapat menyebutkan beberapa contoh peristiwa perkembangan Islam pada masa modern
4.Peserta didik dapat menjelaskan manfaat dari contoh peristiwa perkembangan Islam pada masa modern
II.Materi Ajar
Perkembangan Islam pada masa modern
Contoh-contoh peristiwa perkembangan islam pada masa modern
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Studi Pustaka
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
Menjelaskan perkembangan islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada masa modern
Mendiskusikan perkembangan islam di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban pada masa modern
Diskusi dan tanya jawab tentang manfaat dari perkernbangan islam path masa modern
Mengedintifikasi peristiwa perkembangan islam pada masa modern
Mendiskusikan contoh-contoh peristiwa perkembangan islam pada masa modern
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Modul PAI
Internet
Buku PAI kelas XI
Buku — buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Al-Qur’an) Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang anjuran bertoleransi
KODE KOMPETENSI : 26
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
26.1
Membaca QS Al-Kafiruun, QS Ynus: 40 – 41, dan QS Al-Kahfi: 29
2
-
-
XII
1
26.2
Menyebutkan arti QS Al-Kafiruun, QS Ynus: 40 – 41, dan QS Al-Kahfi: 29
2
-
-
XII
1
26.3
Menampilkan perilaku bertoleransi seperti terkandung dalam QS Al-Kafiruun, QS Ynus: 40 – 41, dan QS Al-Kahfi: 29
2
-
-
XII
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang anjuran bertoleransi
Kompetensi Dasar :
1.Membaca Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41., dan Al- Kahfi: 29
2.Menjelaskan arti Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al-Kahfi: 29
3.Membiasakan perilaku bertoleransi seperti terkandung dalam Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Kelas/ Semester : XII/1
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Indikator :
Mampu membaca Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29 dengan baik dan benar
Mampu mengidentifikasi tajwid Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29dengan benar
Mampu mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalarn Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mampu mengartikan ayat Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40‑41, dan Al- Kahfi: 29
Mampu menterjemahkan Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mampu mengidentifikasi perilaku bertoleransi sesuai dengan Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mampu mernpraktikkan perilaku bertoleransi sesuai dengan Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mampu menunjukkan perilaku bertoleransi sesuai dengan Qs. AI-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat membaca Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan AI‑Kahfi: 29 dengan baik dan benar .
2.Peserta didik dapat mengidentifikasi tajwid Qs. AI-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29 dengan benar
3.Peserta didik dapat mengartikan masing-masing kata yang terdapat daiam Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
4.Peserta didik dapat mengartikan ayat Qs. Ai-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
5.Peserta didik dapat menterjemahkan Qs. AI-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
6.Peserta didik dapat mengidentifikasi perilaku bertoleransi sesuai dengan Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
7.Peserta didik dapat mempraktikkan perilaku bertoleransi sesuai denga Qs. AI­Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
II.Materi Ajar
Qs. Al-Kafiruun: 1-6
Qs. Yunus: 40-41
Al- Kahfi: 29
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi
Studi Pustaka
IV.Langkah — Langkah Pembelajaran
Membaca Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mengidentifikasi tajwid Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mengartikan ayat Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mendiskusikan terjemah Qs. AI-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Mengidentifikasi perilaku bertoleransi sesuai dengan Qs. Al-Kafiruun, Qs.
Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
mempraktikkan perilaku bertoleransi sesuai dengan Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
Menunjukkan perilaku bertoleransi sesuai dengan Qs. Al-Kafiruun, Qs. Yunus: 40-41, dan Al- Kahfi: 29
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Quran dan terjemah
Hadist Shoheh Al Bukhori
Buku PAI kelas XII
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Al-Qur’an) Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja
KODE KOMPETENSI : 27
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
27.1
Membaca QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9 – 10
3
-
-
XII
1
27.2
Menjelaskan arti QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9 – 10
2
-
-
XII
1
27.3
Membiasakan beretos kerja seperti terkandung dalam QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9 – 10
1
-
-
XII
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang etos kerja
Kompetensi Dasar :
1.Membaca Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Ai-Jumuah: 9-10
2.Menjelaskan arti Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. AI-Jurnuah: 9-10
3.Membiasakan beretos kerja seperti terkandung dalam Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Kelas/ Semester : XII/ 1
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Indikator :
Mampu membaca Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. AI-Jumuah: 9-10 dengan baik dan benar
Mampu mengidentifikasi tajwid Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. AI-Jumuah: 9-10
Mampu . : mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mampu mengartikan ayat Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al‑ Jumuah: 9-10
Mampu menterjemahkan Qs. Ai-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mampu mengidentifikasi perilaku etos kerja sesuai dengan Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mampu mempraktikkan perilaku etos kerja seperti yang terkandung dalam Qs. Al-Mujadalah: 11. dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mampu menunjukkan perilaku etos kerja sesuai dengan Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat membaca Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10 dengan baik dan benar
2.Peserta didik dapat mengidentifikasi tajwid Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10 dengan benar
3.Peserta didik dapat mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
4.Peserta didik dapat mengartikan ayat Qs. AI-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
5.Peserta didik dapat menterjemahkan Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
6.Peserta didik dapat mengidentifikasi perilaku etos kerja sesuai dengan Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
7.Peserta didik dapat mempraktikkan perilaku etos kerja sesuai dengan Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. AI-Jumuah: 9-10
8.Peserta didik dapat menunjukkan perilaku etos kerja sesuai dengan Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
II.Materi Ajar
Qs. AI-Mujadalah: 11
Qs. Al-Jumuah: 9-10
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi
Studi Pustaka
IV.Langkah — Langkah Pembelajaran
Membaca Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mengidentifikasi tajwid Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mengartikan masing-masing. kata yang terdapat.dalam Qs. AI-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jurnuah: 9-10
Mengartikan ayat Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mendiskusikan terjemah Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mengidentifikasi perilaku etos kerja sesuai dengan Qs. AI-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
Mempraktikkan perilaku etos kerja sesuai dengan Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. AI-Jumuah: 9-10
Menunjukkan perilaku etos kerja sesuai dengan Qs. Al-Mujadalah: 11 dan Qs. Al-Jumuah: 9-10
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Quran dan terjemah
Hadist Shoheh Al Bukhori
Buku PAI kelas XII
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir
KODE KOMPETENSI : 28
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
28.1
Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
2
-
-
XII
1
28.2
Menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir
2
-
-
XII
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir
Kompetensi Dasar :
1.Menampilkan perilaku yang rnencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
2.Menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir
Kelas/ Semester : XII/ 1
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan perilaku yang rnencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
Mampu menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
Memperbanyak beribadah dan bertaubat dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan hikmah beriman kepada. Hari Akhir
Mendekripsikan hikmah beriman kepada Hari Akhir
Menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
2.Peserta didik dapat menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
3.Peserta didik dapat memperbanyak beriman dan bertaubat dalam ,kehidupan sehari-hari
4.Peserta didik dapat menjelaskan hikmah beriman kepada Hari Akhir
5.Peserta didik dapat mendeskripsikan hikmah kepada Hari Akhir
6.Peserta dapat menerapkan hikmah kepada Hari Akhir
II.Mated Ajar
Iman kepada Hari akhir
Hikmah beriman kepada Hari Akhir
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi
IV.Langkah - Langkah Pembelajaran
Menjelaskan pengertian iman kepada hari akhir dan hikmahnya
Mengidentifikasi perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
Menerapkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir
Mengidentifikasi hikmah yang terkandung dalam beriman kepada Hari Akhir
Mendiskusikan hikmah beriman kepada hari akhir
Mempresentasikan hasii diskusi tentang hikmah beriman kepada Hari Akhir
Menunjukkan hikmah beriman kepada Hari akhir
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Quran dan terjemah
Buku LKS kelas XII
Buku PAI kelas Xll
Buku - buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan perilaku terpuji
KODE KOMPETENSI : 29
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
29.1
Menjelaskan pengertian adil,ridha,dan amal shaleh
2
-
-
XII
1
29.2
Menampilkan contoh adil, ridha dan amal shaleh
1
-
-
XII
1
29.3
Membiasakan perilaku adil, ridha dan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari
1
-
-
XII
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan pengertian adil, ridha, dan amal shaleh
2.Menampilkan contoh perilaku adil, ridha, dan amal shaleh
3.Membiasakan perilaku adil, ridha, dan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari
Kelas/ Semester : XII/1
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan pengertian adil
Mampu menjelaskan pengertian ridha
Mampu menjelaskan pengertian amal shaleh
Menampilkan contoh perilaku adil
Menampilkan contoh perilaku ridha
Menampilkan contoh perilaku amal shaleh
Menunjukkan perilaku adil
Menunjukkan perilaku ridha
Menunjukkan perilaku amal shaleh


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian adil
2.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian ridha
3.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian amal shaleh
4.Peserta didik dapat menampilkan contoh perilaku adil
5.Peserta didik dapat menampilkan contoh perilaku ridha
6.Peserta didik dapat menampilkan contoh perilaku amal shaleh
7.Peserta didik dapat menunjukkan perilaku adil
8.Peserta didik dapat menunjukkan perilaku ridha
9.Peserta didik dapat menunjukkan perilaku amal shaleh

II.Materi Ajar
Pengertian Adil
Pengertian Ridha
Pengertian Amal Shaleh
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi
Studi Pustaka
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
Mendiskusikan pengertian adil
Mendiskusikan pengertian ridha
Mendiskusikan pengertian amal shaleh
Mempraktikkan contoh perilaku adil
Mempraktikkan contoh perilaku ridha
Mempraktikkan contoh perilaku amal shaleh
Berlatih berperilaku adil
Berlatih berperilaku ridha
Berlatih berperilaku amal shaleh
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Quran dan terjemah
Hadist Shoheh AI Bukhari
Buku LKS PAI kelas XII
Buku PAI kelas XII
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
Tugas
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami hukum islam Islam tentang hukum keluarga
KODE KOMPETENSI : 30
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
30.1
Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam
2
-
-
XII
1
30.2
Menjelaskan hikmah perkawinan
2
-
-
XII
1
30.3
Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia
2
-
-
XII
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami hukum islam tentang hukum keluarga
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalarn islam
2.Menjelaskan hikmah perkawinan
3.Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundangan-undangan di Indonesia
Kelas/ Semester : XII/ 1
Alokasl waktu : 6 x 45 rnenit
Indikator :
Menjelaskan ketentuan hukum islam tentang nikah
Menjelaskan hukum islam tentang talak
Menjelaskan hukum islam tentang ruju'
Menjelaskan hikmah nikah
Menjelaskan hikmah talak
Menjelaskan hikmah ruju'
Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang­undangan tentang perkawinan di Indonesia
Menguraikan kompilasi hukum tentang perkawinan di Indonesia


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan ketentuan hukum islam tentang nikah
2.Peserta didik dapat menjelaskan ketentuan hukum islam tentang talak
3.Peserta didik dapat menjelaskan ketentuan hukum islam tentang ruju'
4.Peserta didik dapat menjelaskan hikmah nikah
5.Peserta didik dapat menjelaskan hikmah talak
6.Peserta didik dapat rnenjelaskan hikmah ruju'
7.Peserta didik dapat menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang­undangan tentang perkawinan di Indonesia
8.Peserta didik dapat menguraikan kompilasi hukurn tentang perkawinan di Indonesia

II.Maeri Ajar
Ketentuan Hukum Islam (Rukun, muhrim, kewajiban suami-istri, talak, ruju’)
Hikmah perkawinan
Ketentuan perkawinan menurut UU di Indonesia
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi
Studi Pustaka
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
Mendiskusikan ketentuan hukum islam tentang nikah
Mendiskusikan ketentuan hukum islam tentang talak
Mendiskusikan ketentuan hukum islam tentang ruju'
Mendiskusikan tentang hikmah pernikahan dalam islam
Mendiskusikan tentang hikmah talak
Mendiskusikan tentang hikmah ruju'
Mencari literatur tentang perundang-undangan perkawinan di Indonesia
Mendiskusikan tentang ketentuan perkawinan rnenurut perundang-undangan di Indonesia
Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan tentang perkawinan di Indonesia
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Quran dan terjemah
Hadist Shoheh Al Bukhari
Buku LKS PAI kelas XII
Buku PAI kelas XII
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami perkembangan Islam di Indonesia
KODE KOMPETENSI : 31
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
31.1
Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
2
-
-
XII
1
31.2
Menampilkan contoh perkembangan Islam di Indonesia
2
-
-
XII
1
31.3
Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia
2
-
-
XII
1




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami perkembangan Islam di Indonesia
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
2.Menampilkan contoh perkembangan Islam di Indonesia
3.Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia
Kelas/ Semester : XII/ 1
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan masuk dan berkembangnya islam di Indonesia
Mampu menguraikan manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan islam di Indonesia
Mampu menentukan ciri-cirl perkembangan islam di Indonesia
Mampu menunjukkan contoh-contoh perkembangan islarn di Indonesia
Mampu menjelaskan hikmah perkembangan islam di Indonesia


I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan masuk dan berkembangnya islam di Indonesia
2.Peserta didik dapat menguraikan manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan islam di Indonesia
3.Peserta didik dapat menentukan cirl-ciri perkembangan islam di Indonesia
4.Peserta didik dapat menunjukkan contoh-contoh perkembangan islam di Indonesia
5.Peserta didik dapat mengidentifikasi hikmah perkembangan islam di Indonesia
6.Peserta didik dapat menjelaskan hikmah perkembangan islam di Indonesia
II.Materi Ajar
Perkembangan Islam di Indonesia
Contoh perkembangan islam di Indonesia
Hikmah perkernbangan islam di Indonesia

III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya lawab
Penugasan
Diskusi
Studi Pustaka
IV.Langkah - Langkah Pembelajaran
Mencari literatur tentang perkembangan islam di Indonesia
Mendiskusikan perkembangan islam di Indonesia
Menunjukkan manfaat sejarah perkembangan islam di Indonesia
Mengidentifikasi contoh-contoh perkembangan islam di Indonesia
Mendiskusikan contoh perkembangan islam di Indonesia
Mengidentifikasi perkembangan islam di Indonesia
Mendiskusikan hikmah perkembangan islam di Indonesia
Mempresentasikan basil diskusi tentang hikmah perkembangan islam di Indonesia
V.Alat / Bahan / Surnber Belajar
Buku LKS PAI kelas XII
Internet
Buku PAI kelas XII
Buku - buku relevan
VI.Penilalan
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Al-Qur’an) Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang pengembangan IPTEK
KODE KOMPETENSI : 32
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
32.1
Membaca QS Yunus: 101, dan QS Al-Baqarah: 164
3
-
-
XII
2
32.2
Menjelaskan arti QS Yunus: 101, dan QS Al-Baqarah: 164
2
-
-
XII
2
32.3
Melakukan pengembanganIPTEK seperti terkandung dalam QS Yunus: 101, dan QS Al-Baqarah: 164
1
-
-
XII
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang perkembangan IPTEK
Kompetensi Dasar :
1.Membaca QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164
2.Menjelaskan arti QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164
3.Melakukan perkembangan iptek seperti terkandung dalam QS. Yunus: 101 dan QS. AI Baqarah: 164
Kelas/ Semester : XTI/ 2
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Indikator :
Mampu membaca QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164 dengan baik dan benar
Mampu mengidentifikasi tajwid QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164
Mampu mengartikan: masing-masing kata yang terdapat dalam QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164
Mampu mengartikan ayat-ayat QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164
Mampu menterjemahkan QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164
Mampu menggali kandungan AI Quran tentang perkembangan IPTEK
Menerapkan QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164 tentang perkembangan IPTEK

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat membaca QS. Yunus: 101 dan QS. AI Baqarah: 164
2.Peserta didik dapat mengidentifikasi tajwid QS. Yunus: 101 dan QS. Al Bagarah: 164
3.Peserta didik dapat mengartikan kata QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164
4.Peserta didik dapat mengartikan ayat QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164
5.Peserta didik dapat menterjemahkan QS. Yunus: 101 dan QS. AI Baqarah: 164
6.F'eserta didik dapat menggali kandungan AI Quran tentang perkembangan IPTEK
7.Peserta menerapkan QS. Yunus: 101 dan QS. Al Baqarah: 164 tentang perkembangan IPTEK
II.Materi Ajar
Al Qur’an dan terjemah surat Yunus: 101
Al Qur’an dan terjemah surat Al Baqarah: 164
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi
Studi Pustaka
IV.Langkah - Langkah Pembelajaran
Membaca QS. Yunus: 101 dan QS. Al Bagarah: 164
Mengidentifikasi tajwid QS. Yunus: 101 clan QS. Al Bagarah: 164
Mengartikan masing-masing kata yang terdapat dalam QS. Yunus: 101 dan QS. Al -Bagarah: 164
Mengartikan ayat QS. Yunus: 101 dan QS. Al Bagarah: 164
Mendiskusikan terjemahan QS. Yunus: 101 dan QS. AI Bagarah: 164
Mendiskusikan Al Quran tentang perkembangan IPTEK
Menerapkan QS. Yunus: 101 dan QS. AI Bagarah: 164 tentang perkembangan IPTEK
V.Alat / Bahan / Somber Belajar
Al-Qur’an dan Terjemah
Buku LKS PAI kelas XII
Buku PAI kelas XII
Buku - buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Aqidah) Meningkatkan keimanan kepada Qadha dan Qadar
KODE KOMPETENSI : 33
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
33.1
Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar
2
-
-
XII
2
33.2
Menerapkan hikmah beriman kepada qadha dan qadar
2
-
-
XII
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Meningkatkan keimanan kepada Qadha dan Qadar Kompetensi Dasar
1.Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar
2.Menerapkan hikmah beriman kepada qadha dan qadar
Kelas/ Semester : XII/ 2
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Indikator :
Menjelaskan pengertian qadha dan qadar
Menjelaskan pengertian keimanan kepada qadha dan qadar
Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar
Menjelaskan hikmah beriman kepada qadha dan qadar
Menunjukkan ikhtiar dan tawakkal dalam kehidupan sehari­hari

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian qadha dan qadar
2.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian keimanan kepada qadha dan qadar
3.Peserta didik dapat menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar
4.Peserta didik dapat menjelaskan hikmah beriman kepada qadha dan qadar
5.Peserta didik dapat menunjukkan perilaku ikhtiar dan tawakal dalam kehidupan sehari-hari
II.Maters Ajar
Iman kepada qadha dan qadar
- tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar
Hikmah beriman kepada qadha dan qadar
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Diskusi
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
Mengidentifikasi tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar
Mendiskusikan tanda-tanda keimanan kepada qadha dan qadar
Mengidentifikasi hikmah beriman kepada qadha dan qadar
Mendiskusikan hikmah beriman kepada qadha dan qadar
Menerapkan periiaku hikmah beriman kepada qadha ciao qadar
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Qur’an dan Terjemah
Buku LKS PAI kelas XII
Buku PAI kelas XII
B`uku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Membiasakan perilaku terpuji
KODE KOMPETENSI : 34
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
34.1
Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan dan kerukunan
2
-
-
XII
2
34.2
Menampilkan contoh-contoh perilaku persatuan dan kerukunan
1
-
-
XII
2
34.3
Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari
1
-
-
XII
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Membiasakan perilaku terpuji
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan dan kerukunan
2.Menampilkan contoh perilaku persatuan dan kerukunan
3.Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari
Kelas/ Semester : XII/ 2
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Indikator :
Marnpu menjelaskan pengertian dan maksud persatuan
Mampu menjelaskan pengertian dan maksud kerukunan
Mampu menunjukkan contoh perilaku yang bermuatan persatuan
Mampu menunjukkan contoh. perilaku bermuatan kerukunan
Menunjukkan perilaku rukun dalam pergaulan

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian dan maksud persatuan
2.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian dan maksud kerukunan
3.Peserta didik menunjukkan contoh perilaku yang bermuatan persatuan
4.Peserta didik menunjukkan contoh perilaku yang bermuatan kerukunan
5.Peserta didik rembiasakan perilaku persatuan dalam kehidupan sehari-hari
6.Peserta didik menunjukkan perilaku rukun dalam pergaulan
II.Materi Ajar
Persatuan dan kerukunan
Contoh-contoh perilaku persatuan dan kerukunan
Persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Studi Pustaka
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
Mengkaji dan mendiskusikan tentang pengertian persatuan
Mengkaji dan mendiskusikan tentang pengertian kerukunan
Menampilkan contoh perilaku persatuan
Menampilkan contoh perilaku kerukunan
Mempraktikkan perilakum persatuan dalarn pembelajaran
Mempraktikkan perilaku kerukunan dalam pembelajaran
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
AI-Qur’an dan Terjemah
Buku LKS PAI kelas XII
Buku PAI kelas XII
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Akhlaq) Menghindari perilaku tercela
KODE KOMPETENSI : 35
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
35.1
Menjelaskan pengertian isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnahi
2
-
-
XII
2
35.2
Menyebutkan contoh perbuatan isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnahi
1
-
-
XII
2
35.3
Menghindari perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnahi dalam kehidupan sehari-hari
1
-
-
XII
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Menghindari perilaku tercela
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan pengertian isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
2.Menjelaskan contoh isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
3.Menghindari perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari
Kelas/ Semester : XII/ 2
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan pengertian dan maksud isyrof
Mampu menjelaskan pengertian dan maksud tabzir
Mampu menjelaskan pengertian dan maksud ghibah
Mampu menjelaskan pengertian dan maksud fitnah
Mampu menjelaskan contoh perilaku isyrof
Mampu menjelaskan contoh perilaku tabzir
Mampu menjelaskan contoh perilaku ghibah
Mampu menjelaskan contoh perilaku fitnah
Mampu menghindari perilaku isyraf
Mampu menghindari perilaku tabzir
Mampu menghindari perilaku ghibah
Mampu menghindari perilaku fitnah

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian isryrof
2.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian tabziir
3.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian ghibah
4.Peserta didik dapat menjelaskan pengertian fitnah
5.Pe Berta didik dapat menjelaskan contoh perilaku isryrof
6.Peserta didik dapat menjelaskan contoh perilaku tabziir
7.Peserta didik dapat menjelaskan contoh perilaku ghibah
8.Peserta didik dapat menjelaskan contoh perilaku fitnah
9.Peserta didik dapat mengehindari perilaku isyrof dan tabziir
10.Peserta didik dapat menghindari perilaku ghibah dan fitnah
11.Peserta didik dapat menunjukkan akibat dari isyrof , tabziir, ghibah dan fitnah
II.Materi Ajar
Perilaku tercela (isyrof, tabzir, ghibah clan fitnah)
Contoh perilaku (isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah)
Menghindari perilaku (isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah)
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Studi Pustaka
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
Merumuskan pengertian isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah
Mendiskusikan pengertian isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah
Mengidentifikasi contoh-contoh perilaku isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah
Mendiskusikan contoh perilaku isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah
Mengkaji faktor-faktor buruk perilaku isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah
Mengkaji cara-cara menghindari perilaku isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah
Membiasakan menghindari perilaku isyrof, tabzir, ghibah dan fitnah
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Qur’an dan Terjemah
Buku LKS PAI kelas XII
Buku PAI kelas XII
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Fiqih) Memahami hukum Islam tentang waris
KODE KOMPETENSI : 36
ALOKASI WAKTU : 6 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
36.1
Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris
3
-
-
XII
2
36.2
Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris
3
-
-
XII
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami Hukum Islam Tentang Waris
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris
2.Menjelaskan contoh pelaksana hukum waris
Keias/ Semester : XII/ 2
Alokasi waktu : 6 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan ketentuan hukum waris
Mampu menjelaskan tentang ahli waris
Mampu menjelaskan pembagian masing-masing ahli waris
Menyebutkan contoh pelaksana hukum waris yang terdapat dalam undang-undang waris
Memperagakan cara-cara menghitung pembagian warisan secara Islam

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan ketentuan hukum waris
2.Peserta didik dapat menjelaskan tentang ahli waris
3.Peserta didik dapat menjelaskan pembagaian masing-masing ahli waris
4.Peserta didik dapat menyebutkan contoh hukum waris yang terdapat dalam UU waris
5.Peserta didik dapat memperagakan cara-cara menghitung warisan secara Islam
II.Materi Ajar
Ketentuan hukum waris
- Syarat-syarat pembagian waris Ketentuan ahli waris
- Yang membatalkan hak waris
Contoh pelaksanaan ahli waris
- Contoh penghitungan warisan
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Studi Pustaka
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
Mengkaji dan mendiskusikan tentang ketentuan hukum waris berdasarkan pada perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
Mendiskusikan tentang contoh pelaksanaan hukum waris menurut undang­undang waris di Indonesia
Mendiskusikan tentang contoh-contoh pelaksanaan waris menurut hukum adat
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Al-Qur’an dan Terjemah
Buku LKS PAI kelas XII
Buku PAI keias XII
Buku-buku relevan
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam
STANDAR KOMPETENSI : (Tarikh dan Peradaban Islam) Memahami perkembangan Islam di Indonesia
KODE KOMPETENSI : 37
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 menit

DAFTAR PEMBELAJARAN
No.
Kompetensi Dasar
Waktu (jam @ 45 menit)
Kelas
Semester
TM
PS
PI
37.1
Menjelaskan perkembangan Islam di dunia
2
-
-
XII
2
37.2
Menunjukkan contoh peristiwa perkembangan Islam di dunia
1
-
-
XII
2
37.3
Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia
1
-
-
XII
2




Mengetahui
KPK Koordinator Nordaptif




Dra. Titi Indriastuti
NIP: 132167467

Guru Mata Pelajaran




Eko Sunaryo, SHI
NIP:

SATUAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi : Memahami perkembangan islam di dunia
Kompetensi Dasar :
1.Menjelaskan perkembangan Islam di dunia
2.Memberi contoh perkembangan islam di dunia
3.mengambil hikmah dari perkembangan islam di dunia
Kelas/ Semester : XII/ 2
Alokasi waktu : 4 x 45 menit
Indikator :
Mampu menjelaskan perkembangan islam di dunia
Mampu mengidentifikasi rnanfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan isiam di dunia
Menyebutkan contoh perkembangan islam di dunia
Mampu memberikan contoh perkembangan islam di dunia
Mampu mengidentifikasi hikmah perkembangan islam di dunia
Mampu menjelaskan hikmah perkembangan islam di dunia

I.Tujuan Pembelajaran
1.Peserta didik dapat menjelaskan perkembangan islam di dunia
2.Peserta didik dapat mengidentifikasi manfaat sejarah perkembangan islam di dunia
3.Peserta didik dapat menyebutkan contoh perkembangan islam di dunia
4.Peserta didik dapat memberikan conyoh perkembangan islam di dunia
5.Peserta didik dapat mengidentifikasi hikmah perkembanuan islam di dunia
6.Peserta didik dapat menjelaskan hikmah perkembangan islam di dunia
II.Materi Ajar
Perkembangan Islam di dunia
Contoh Perkembangan islam di dunia
Hikmah Perkembangan islam di dunia
III.Metode Pembelajaran
Ceramah
Tanya Jawab
Penugasan
Studi Pustaka
IV.Langkah-Langkah Pembelajaran
Membaca literatur tentang perkembangan Islam di dunia
Mendiskusikan perkembangan Islam di dunia
Mengidentifikasi perkembangan Islam di dunia
Mendiskusikan contoh perkembangan Islam di dunia
Mengidentifikasi perkembangan Islam di dunia
Mendiskusikan hikmah perkembangan Islam di dunia
Mempresentasikan basil diskusi tentang hikmah perkembangan Islam di dunia
V.Alat / Bahan / Sumber Belajar
Buku LKS PAI kelas XII
Buku PAI kelas XII
Buku-buku relevan
Internet
VI.Penilaian
Tes tertulis
Tugas Individu
Pengamatan