Minggu, 22 Maret 2009

BIOGRAFI SAHABAT RASULULLOH

KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
Minggu, 25 Januari 09 - oleh : immasjid

Pada tahun pertama dari khilafah Utsman, yaitu tahun 24 H, negeri Rayyi berhasil ditaklukkan. Sebelumnya negeri ini pernah ditaklukkan, namun kemudian dibatalkan. Utsman mengangkat Sa’ad bin Abi Waqqash menjadi gubernur Kufah menggantikan Mughirah bin Syu’bah.

Di tahun 25 H, Utsman memecat Sa’ad bin Abi Waqqash dari jabatan gubernur Kufah dan digantikan oleh Walid bin Uqbah bin Abu Mu`ith, seorang shahabat dan saudara seibu dengan Utsman.

Pada tahun 26 H, Utsman memperluas Masjidil Haram. Pada tahun 27 H, Mu`awiyah melancarkan serangan Qubrus (Syprus) dengan membawa pasukannya menyebrangi lautan. Utsman menurunkan Amr bin ‘Ash dari jabatan gubernur Mesir dan diganti dengan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh. Kemudian dia menyerbu Afrika dan berhasil menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula Andalusia berhasil ditaklukkan.

Pada tahun 29 H, negeri-negeri lain berhasil ditaklukkan. Utsman memperluas Masjid Nabawi.

Pada tahun 30 H, negeri-negeri Khurasan ditaklukkan sehingga banyak terkumpul khazraj (infaq penghasilan) dan harta dari berbagai penjuru.

Pada 32 H, Abbas bin Abdul Muthalib, Abdur Rahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud dan Abu Darda’ wafat. Orang-orang yang pernah menjabat sebagai hakim negeri Syam sampai saat itu ialah Muawiyah, Abu Dzarr Al-Ghifari, dan Zaid bin Abdullah ra.

Pada tahun 33 H, Abdullah bin Mas’ud bin Abi Sarh menyerbu Habasyah. Seperti diketahui Utsman banyak mengangkat kerabatnya dari bani Umayyah untuk menduduki berbagai jabatan. Hal ini menimbulkan ketidak-senangan orang banyak terhadap Utsman. Hal inilah yang dimanfaatkan pihak Yahudi, yaitu Abdullah bin Saba` dan teman-temannya untuk membangkitkan fitnah. Orang-orang menggugat Utsman atas kebijakan-kebijakannya mengangkat para kerabatnya. Utsman mengumpulkan para gubernur dan bermusyawarah. Akhirnya Utsman memerintahkan agar menjinakkan hati para pemberontak dan pembangkang tersebut dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan lain dan pos-pos perbatasan.

Abdullah bin Saba` berhasil menyebarkan pemikiran menyimpang di Mesir, menghasut masyarakat untuk menentang Utsman, dan juga pengkultusan terhadap Ali. Maka bergeraklah sekitar 600 orang ke Madinah dengan kedok akan berumrah. Padahal mereka ingin menyebarkan fitnah dalam masyarakat Madinah. Tatkala mereka hampir memasuki Madinah, Utsman mengutus Ali untuk menemui mereka. Sayyidina Ali menemui mereka dan membantah segala pemikiran mereka yang menyimpang, termasuk tentang pengkultusan atas dirinya. Mereka menyesali diri seraya berkata, “Orang inikah yang kalian jadikan alasan untuk memerangi dan memprotes Khalifah?” Kemudian mereka kembali dengan membawa kegagalan.

Atas usulan Ali, maka Utsman berpidato di hadapan orang banyak pada hari Jum’at untuk meminta maaf kepada masyarakat atas kebijakannya selama ini. Kemudian Utsman menegaskan kembali bahwa ia akan memecat Marwan dan kerabatnya.

Setelah peristiwa itu, Marwan bin Hakam menemui Utsman. Dia menghamburkan kecaman dan protes. Kemudian Marwan memberitahukan kepadanya bahwa di balik pintu ada segerombolan orang. Utsman menunjuk Marwan untuk berbicara kepada mereka sesukanya. Marwan berbicara kepada mereka dengan suatu pembicaraan yang buruk sehingga merusak apa yang selama ini diperbaiki oleh Utsman.

Ali segera menemui Utsman dan berkata, “Kenapa engkau meridhai Marwan sementara dia tidak menghendaki kecuali memalingkan engkau dari agama dan pikiranmu? Demi Allah, Marwan adalah orang yang tidak layak dimintai pendapat tentang agama atau dirinya sekalipun. Demi Allah, aku melihat bahwa dia akan menghadirkan kamu kemudian tidak akan mengembalikan kamu lagi. Saya tidak akan kembali setelah ini karena teguranku kepadamu.” Setelah Ali keluar, masuklah Na`ilah dan memberikan pendapatnya, dia berkata, “Bertaqwalah kepada Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Ikutilah sunnah kedua shahabatmu yang terdahulu, sebab jika engkau mentaati Marwan, niscaya dia akan membunuhmu. Marwan adalah orang yang tidak memiliki harga di sisi Allah, apalagi rasa takut dan cinta. Utuslah seseorang menemui Ali guna meminta ishlahnya, karena dia memiliki kekerabatan denganmu dan dia tidak layak ditentang.” Kemudian Utsman mengirim seseorang untuk menemui Ali, akan tetapi Ali menolak datang. Sikap ini merupakan permulaan krisis yang menyulut api fitnah dan memberikan peluang kepada tukang fitnah untuk memperbanyak kayu bakarnya dan mencapai tujuan-tujuan busuk yang mereka inginkan.


Awal Fitnah dan Pembunuhan Utsman

Penduduk Mesir datang mengadukan Ibnu Abu Sarh. Utsman mengirimkan surat berisi nasehat dan peringatan, tetapi Ibnu Abu Sarh tidak mau menerima nasihat dan peringatan tersebut dan bahkan bertindak keras terhadap orang yang mengadukannya. Maka atas usul para tokoh shahabat, digantilah Ibnu Abu Sarh dengan Muhammad bin Abu Bakar. Surat keputusan ini kemudian dibawa oleh sejumlah shahabat ke Mesir. Tetapi baru 3 hari perjalanan dari Madinah, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang pemuda hitam yang mencurigakan, maka para shahabat itu menghentikan pemuda tadi. Ketika diperiksa terkadang dia mengaku sebagai pembantu Amirul Mu`minin yang diutus untuk menemui gubernur Mesir terkadang dia mengaku sebagai pembantu Marwan. Kemudian mereka mengeluarkan sebuah surat dari barang bawaannya. Surat itu berbunyi, “Jika Muhammad beserta fulan dan fulan datang kepadamu, maka bunuhlah mereka dan batalkanlah surat keputusan yang mereka bawa. Dan tetaplah engkau melakukan tugasmu sampai engkau menerima keputusanku. Aku akan menahan orang yang akan datang kepadaku mengadukan dirimu.”

Akhirnya para shahabat tersebut kembali ke Madinah dengan membawa surat tersebut dan memberitahukan hal ini kepada para tokoh shahabat. Persitiwa ini membuat Madinah gempar dan membenci Utsman. Ali segera mengumpulkan Thalhah, Zubair, Sa’ad, dan Ammar. Bersama mereka, Ali menemui Utsman dengan membawa surat, pembantu dan onta tersebut. Utsman mengakui bahwa stempel yang digunakan adalah stempel miliknya, dan onta itu adalah miliknya, dan pembantu itu adalah pembantunya. Akan tetapi surat itu bukan ia yang menulis, bukan ia yang memerintahkan untuk menulis, dia sama sekali tidak mengetahui tentang surat tersebut. Kemudian setelah diperiksa ternyata surat itu adalah tulisan Marwan. Lalu mereka meminta Utsman agar menyerahkan Marwan kepada mereka. Tetapi Utsman tidak bersedia melakukannya, padahal Marwan ada di dalam rumahnya. Akhirnya orang-orang di Madinah marah dan mengepung rumah Utsman dan tidak memberikan air kepadanya. Setelah Utsman dan keluarganya merasa kepayahan, ia menemui mereka seraya berkata, “Adakah seseorang yang sudi memberitahu Ali agar memberi air kepada kami?” Setelah mengetahui hal ini, Ali segera mengirim tiga qirbah air. Kemudian Ali mendengar desas-desus tentang adanya orang yang ingin membunuh Utsman, lalu Ali berkata, “Yang kita inginkan darinya adalah Marwan, bukan kematian Utsman.” Kemudian Ali menyuruh hasan dan Husain untuk menjaga pintu rumah Utsman. Sejumlah shahabat juga melakukan hal yang sama untuk menjaga Utsman. Ketika para pengacau menyerbu pintu rumah Utsman untuk membunuhnya, Hasan dan Husain serta para shahabat berusaha menghentikan mereka. Maka para pengacau itu akhirnya melakukan aksi kembali dengan lebih hebat dan berhasil masuk secara sembunyi-sembunyi melalui atap rumah. Mereka berhasil membunuh Khalifah Utsman bin Affan ra. Ketika mendengar ini Ali datang dengan wajah marah dan memarahi kedua anaknya.


Pembai’atan Ali dan Mencari Pembunuh Utsman

Ali keluar dari rumah Utsman dengan penuh kemarahan. Sementara itu orang-orang berlarian mendatangi Ali seraya berkata, “Ulurkan tanganmu untuk kami bai’at.” Ali menjawab, “Urusan ini bukan hak kalian, tetapi hak para pejuang Badr. Siapa yang disetujui oleh Ahli Badr, maka dialah yang berhak menjadi khalifah.” Maka semua Ahli Badr keluar dan mendatangi Ali seraya berkata, “Kami tidak melihat adanya seorang yang lebih berhak menjabat sebagai khalifah selain dirimu. Ulurkanlah tanganmu untuk kami bai’at.” Lalu mereka membai’at Ali ra. Hal ini terjadi pada pertengahan bulan Dzul Hijjah 33 H.

Setelah diselidiki ternyata pembunuhnya adalah dua orang yang masuk bersama Muhammad bin Abu Bakar. Akan tetapi Muhammad bin Abu Bakar tidak jadi membunuh Utsman ra disebabkan teringat akan bapaknya, dan ia pun bertaubat. Ibnu Asakir meriwayatkan dari Kinanah, mantan budak Shafiah, dan juga dari lainnya, mereka berkata, “Utsman dibunuh oleh seorang lelaki dari Mesir.”


Beberapa ‘Ibrah

1. Utsman telah berhasil juga menaklukkan beberapa negeri, beliau juga berhasil menyatukan orang dalam bacaan dan tulisan Al-Qur`an yang terpercaya setelah berkembangnya bacaan yang dikhawatirkan dapat membingungkan orang. Beliau juga telah memperluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

2. Betapapun kritik yang dilontarkan kepada Utsman atas kebijakannya dalam memilih para gubernur dan pembantunya, kita harus menyadari bahwa kebijakan itu merupakan ijtihad pribadinya. Jadi bukan berdasarkan nafsunya, melainkan berdasarkan ijtihad. Dan para shahabat yang mengkritiknya pun dalam rangka menasihati dengan berdasar pada ijtihad pula, yang mana hal ini adalah positif dan bermanfaat.

3. Benih-benih fitnah pada akhir-akhir pemerintahan Utsman telah dimanfaatkan Abdullah bin Saba`. Abdullah bin Saba` adalah seorang agen Yahudi yang menyebarkan khurafat mengenai Ali ra. Dari sini kita mengetahui bahwa perpecahan ummat Islam menjadi dua kubu, yaitu Sunni dan Syi’i adalah merupakan buah tangan Abdullah bin Saba`.

4. Ali termasuk orang yang pertama kali membai’at Utsman. Ali juga yang telah menggagalkan rencana pemberontak dari Mesir. Ali juga yang telah memberi nasihat kepada Utsman dengan penuh keikhlashan dan kecintaan. Ali juga yang telah mengirim air ke rumah Utsman. Ali juga yang telah menyuruh Hasan dan Husain untuk menjaga rumah Utsman dari para pemberontak. Ali juga yang telah begitu marah atas pembunuhan Utsman. Dengan demikian Ali adalah pendukung Utsman yang terbaik selama khilafahnya.

Sumber:
manhaj-salaf

Tidak ada komentar: