Minggu, 22 Maret 2009

EKONOMI KAPITALIS VS EKONOMI ISLAM

Paradigma perekonomian yang banyak bemunculan saat ini, merupakan bentuk dari ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem ekonomi yang selalu berganti. Seperti, adanya penerapan sistem kapitalisme, yang mana adanya upaya untuk mencari keuntungan yang sebesar besarnya dengan modal yang seefisien mungkin. Dalam berbisnis hal ini merupakan pandangan individualis system kapitalis. Seperti yang kita ketahui system ini sangat berpengaruh pada perekonomian masyarakat kecil, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Cara pandang kapitalis telah melenceng dari hakekat sebuah ekonomi. yang mana ekonomi itu sendiri selalu identik dengan terwujudnya suatu kesejahteraan, keadilan, dan keseimbangan. Pertanggung jawaban kapitalis tidak melihat kepada tujuan sebuah system ekonomi, kapitalis hanya memikirkan bagaimana supaya bisa mendapat untung, meskipun harus merugikan pihak lain. System kapitalis tidak mengedepankan kesejahteraan yang merupakan tujuan atau hakekat dari sebuah ekonomi.

Selain dari pada itu, adanya sikap transaksional yang dapat menimbulkan sikap mementingkan diri sendiri atau kepentingan diri (individu). Bila ini mengejala, maka, pemahaman ini akan menjadi paham individualisme, yang akan menciptakan juga hidup ekslusivisme anti sosial dan hilangnya kepekaan social.

Timbulnya permasalahan dan gejala ekonomi masyarakat yang hanya mementingkan sebelah pihak, merupakan tidak idealnya system yang ada. Karena sistem kapitalis merupakan mainstream economic yang banyak berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat maka perlu adanya suatu pembaharuan dalam bentuk system perekonomian.

Adanya sistem ekonomi Islam menjadi system alternative untuk memperbaharui sytem yang ada dan berdasarkan nilai nilai Islam dan akan menjadi alternative sebagai pengganti dari system kapitalis.

Islam memandang manusia sebagai mahluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain, yang tidak memungkinkan untuk hidup tanpa bantuan orang lain. Selain kehidupan social , Islam juga mengatur kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi. Dalam Islam tidak di berlakukannya hidup di atas penderitaan orang lain. Begitu juga dengan tidak berlaku system mengambil keuntungan yang sebesar besarnya dan modal yang sekecil kecilnya.

Islam memandang ekonomi sebagai prilaku dalam menjalankan suatu sistem untuk memenuhi suatu kebutuhan, prilaku inilah yang sangat di tekankan oleh Islam, yaitu prilaku yang berdasarkan nilai nilai Islam.

Di antara peran ekonomi Islam dalam merubah paradigma sistem ekonomi adalah dengan menerapkan sistem etika karna Islam merupakan sumber nilai dan etika dalam berbisnis. Islam memiliki wawasan yang komperhensip dalam etika bisnis. Islam berangkat dari nilai dan etika dan Islam mengedepankan etika. Tidak seperti ekonomi yang lainnya mengabaikan nilai dan etika dalam berbisnis, mereka hanya bertujuan untuk mencari untung saja dan tidak melihat norma norma dan etika yang berlaku.

Sistem ekonomi Islam mengedepankan etika dan moral dalam menjalankan sebuah system ekonomi. Etika dan moral disini telah mencangkup kesegala aspek di antaranya etika dalam berbisnis, etika dalam berfikir ekonomis, etika dalam mencari keuntungan dan lain sebagainya. Dan hal yang paling terpenting dalam menjalankan suatu system ekonomi di sini tidak terlepas dari nilai nilai Islam, Al Quran dan Sunnah.

Al-Qur’an sangat banyak mendorong manusia untuk melakukan bisnis. Di antaranya Al-Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan yang harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Rasulullah sendiri adalah seorang pedagang bereputasi international yang mendasarkan bangunan bisnisnya kepada nilai-nilai ilahi (transenden). Dengan dasar itu Nabi membangun sistem ekonomi Islam yang tercerahkan. Prinsip-prinsip bisnis yang ideal ternyata pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya.

Realitas ini menjadi bukti bagi banyak orang, bahwa tata ekonomi yang berkeadilan, sebenarnya pernah terjadi, meski dalam lingkup nasional, negara Madinah. Nilai, spirit dan ajaran yang dibawa Nabi itu, berguna untuk membangun tata ekonomi baru, yang akhirnya terwujud dalam tata ekonomi dunia yang berkeadilan.

Syed Nawab Haidar Naqvi, dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sistesis Islami”, memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu: Tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan, dan tanggung jawab.

Tauhid merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas manusia, termasuk kegiatan bisnis. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk ilahiyah, sosok makhluk yang bertuhan. Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan, dan dalam rangka melaksanakan titah Tuhan.

Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil. Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi. Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, Harta mempunyai fungsi sosial yang kental

Kebebasan, berarti, bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas, punya kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Dalam ekonomi, manusia bebas mengimplementasikan kaedah-kaedah Islam. Karena masalah ekonomi, termasuk kepada aspek mu’amalah, bukan ibadah, maka berlaku padanya kaedah umum, “Semua boleh kecuali yang dilarang”. Yang tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba. Dalam tataran ini kebebasan manusia sesungguynya tidak mutlak, tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung jawab dan berkeadilan.

Pertanggungjawaban, berarti, bahwa manusia sebagai pelaku bisnis, mempunyai tanggung jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bisnis. Harta sebagai komoditi bisnis dalam Islam, adalah amanah Tuhan yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Prospek ekonomi global akan ditentukan oleh mutu kualitas dari sebuah sisitem ekonomi, maka dari itu sudah sangat jelas bagaimana system kapitalis menyetir keadaan ekonomi dunia yang semakin lama semakin tidak tentu arahnya. Begitu juga dengan system ekonomi Islam yang mempunyai tujuan dan arah kemajuan bagi sebuah system ekonomi.

Sebagai kesimpulan, sebuah sistem adalah cara dan bagaimana sesuatu hal akan dijalankan dengan berdasarkan mutu kualitas. Islam merupakan wadah dalam mengsinergikan segala mutu kualitas dalam berekonomi dengan memasukan unsur-unsur nilai keislaman dalam berekonomi, yang akan melahirkan sebuah peradaban baru bagi ekonomi dunia menjadi peradaban ekonomi Islam.

Tidak ada komentar: